Thursday, September 24, 2020

Aliran Rasa (Zona 1 - Komunikasi Produktif)

Entah kenapa setiap kali tugasnya adalah aliran rasa, saya malah susah mengalirkan rasa! Biasanya susahnya di awal-awal gini; 1-2 paragraf masih bingung mau nulis apa,  tapi insya Allah lama kelamaan sih lancar dan mengalir nulisnya. Kayak sekarang ini saya masih bingung nih pembukaan nulis aliran rasa gimana ya enaknya...

Mungkin mulai dari pengalaman komunikasi produktif kepada anak ya, karena target utama saya adalah si Mbak yang umurnya 4 tahun. Kenapa target utama saya adalah si Mbak bukan si dedek yang usianya 2 tahun? Alasan pertama karena Mbak sudah mulai mengerti dan sudah mulai sering bertanya kenapa? kok bisa? terus? kalau nggak kenapa? gimana? dan segudang pertanyaan-pertanyaan lain yang kadang bikin uminya menghela nafas panjang. Alasan kedua karena si Mbak adalah contoh bagi adiknya kelak yang menurut saya kalau kakaknya 'selesai' maka insya Allah ke bawahnya atau kepada adik-adiknya pun akan lebih mudah karena kebanyakan dari adik-adik pasti mencontoh dari kakaknya. Maka dari itu saya memutuskan bahwa target utama komunikasi produktif saya adalah si Mbak.

Dan selama 15 hari perjalanan melakukan praktek komunikasi produktif sejujurnya banyak sekali momen aha dimana saya berhasil mempraktekkan komunikasi produktif tersebut kepada si Mbak. Tapi apalah daya, saya tipe ibu-ibu yang jarang pegang HP atau komputer sehingga banyak momen yang terlewatkan. Justru ketika ada  kesempatan untuk menuliskan nya yang saya ingat hanya 1-2 kejadian saja. Tapi tidak apa karena sesungguhnya komunikasi produktif ini merupakan misi sepanjang hidup saya jadi tidak masalah walaupun yang tertulis hanya sedikit saja.

Namun saya tidak memungkiri bahwa saya pun sering gagal dalam praktek komunikasi produktif utamanya ketika keadaan saya tidak stabil seperti kelelahan, lapar, atau ngantuk, atau bahkan ketiganya. Maka jangankan mempraktekkan komunikasi produktif kepada si Mbak, untuk menjadikan otak saya dipenuhi oleh pikiran positif pun rasanya sulit sekali! Yang ada tanduk dan taring sering keluar! Semoga Allah memaafkan khilaf saya.

Ketika saya akhirnya kelepasan dan akhirnya marah-marah, saya merasa sedih dan merasa gagal menjadi ibu yang baik dan sangat menyesal apabila telah berteriak kepada anak-anak. Tapi insya Allah saya berusaha lagi, mencoba menenangkan pikiran dan memberikan sugesti positif kepada diri untuk bisa mencoba lagi dan lagi. Jadi tidak jarang saya meminta maaf kepada si Mbak karena kegagalan saya dalam mengatur emosi saya.

Tapi seperti yang saya sebutkan, komunikasi produktif ini merupakan misi sepanjang hidup maka saya bertekad bahwa walaupun tantangannya hanya 15 hari, prakteknya sendiri ya seumur hidup. Saat ini mungkin saya praktek hanya kepada anak-anak. Kedepannya bisa kepada orang tua, kakak-kakak saya, keluarga besar saya, tetangga serta teman-teman lainnya insya Allah. 


Jakarta, 24 September 2020.

20.20 WIB

Thursday, September 17, 2020

Tantangan Zona 1 Hari ke-15

 Sebelum tidur memang sudah jadi kebiasaan  anak-anak untuk pipis dan sikat gigi. Nah, tadi mbak nya sempat kabur-kaburan ketika disuruh abinya untuk sikat gigi. Karena dipanggil berulang dan diperingatkan berkali-kali mbaknya masih nggak mau nurut, akhirnya lampu kamar mandj dimatikan Abinya saat mbak di dalam. Seketika mbak menjerit-jerit dan menangis.

Ya, saya paham mungkin Abinya sudah capek karna memang Azkiya tipikal yang 'iseng'. Suka melihat sampai dimana batas kesabaran kami, orang tuanya. Dan mungkin karna sudah larut, dan banyak yang masih harus dikerjakan oleh Abinya, maka jalan pintasnya dengan mematikan lampu. Yang otomatis membuat mbak Azkiya menangis sesenggukan.

Setelah selesai rutinitas dinkamar mandi, mbak menghampiri saya sambil memakai celananya dan masih dalam keadaan menganis sesenggukan.

Saya mencoba menghibur nya.

Ummi: "mbak kenapa nangis?"

Azkiya: "tadi aku dinkamar mandi, lagi pipis, terus lampunya dimatiin Abi! Kan aku takut!"

Ummi: "oh, gelap ya. Jadi Azkiya ngga bisa lihat apa-apa karna gelap dan Azkiya jadi takut. Terus jadi nangis deh, iya?"

Azkiya: "iyaaaa..." (Sambil mengusap air matanya)

Ummi: "kenapa Abi matiin lampunya mbak?" (Sambil kusuk-kusuk kakinya, setalah selesai ganti baju)

Azkiya: "tadi aku kabur disuruh sikat gigi, jadi Abi marah, terus disuruh sikat gigi yang benar aku malah ngga nurut."

Ummi: "oooh, gitu. Pantesan Abi jadi marah ya.  Kaya Azkiya kalo panggil-panggil Ummi mau minta tolong berkali-kali, terus Umminya ga jawab-jawab. Azkiya kesel kan? Jadi marah kan?"

Azkiya: "iya" (tangisannya mulai berhenti)

Ummi: "nah, Abi juga gitu rasanya. Besok, kalau disuruh Abi, mbak nurut ya, gimana kalo disuruh Abi jawabnya?"

Azkiya: "iya, Abi!" (Sudah mulai senyum)

Ummi: "masyaAllah, pintar anak shalihah! Sini Ummi pijitin kakinya, tadi katanya pegel ya?"

Setelah ngobrol, Azkiya terlihat lebih lega dan mulai ceria kembali. Memang harus dialiri dulu emosinya, diakui, baru dinasihati. It's so tricky!


Result: ⭐⭐⭐⭐⭐

Tantangan Zona 1 Hari ke-14

 Cara Unik #2.

Saat itu pagi, dan anak-anak belum juga mandi. Karena weekend, jadi mereka agak santai, padahal sudah hampir jam sembilan! Sarapan yang saya buat pun belum juga disentuh, dan sudah dibiarkan sekitar 15 menit lamanya.

Karna saya mulai jengkel, maka saya menyuruh mbak Azkiya untuk sarapan. Kenapa selama ini saya hanya menyuruh Azkiya? Karena si dedek ini senang sekali meniru apa saja yang mbaknya lakukan. Mbaknya yang disuruh, eh dedek mau juga!

Ummi: "mbak, ayo makan dulu rotinya. Udah ummi buatin tuh, kasian dicuekkin."

Azkiya: "aku belom laper mi! Kan lagi main sama Aliyya!" (Padahal dari bangun tidur nggak makan apa-apa, langsung aja main sama adeknya)

Ummi: "Yaudah kalo belum laper ya mandi dulu yuk!" (Nego)

Azkiya: "ngga mau! Aku mau makan aja!" (langsung duduk manis)

Ummi: okayy.. "ehh, cuci tangannya dulu!"

Bisa gitu ya anak-anak, kadang suka ngga habis pikir. Memang harusnya saya berikan dia pilihan, antara makan dulu atau mandi dulu. Eh tapi setelah makan mereka nurut dan langsung mandi. Alhamdulillah.


Result: ⭐⭐⭐⭐

Tantangan Zona 1 Hari ke-13

 Cara Unik.

Pagi itu mba Azkiya dan dedek Aliyya main seru-seruan di kamar. Ketika saya cek, ternyata mereka bermain sprei! Digulung-gulung, dibuat rumah-rumahan, sampai dijadikan selimut. Karena saya mendengar keduanya tertawa bahagia sekali, maka saya biarkan. Saya cuma bilang, "Mainnya hati-hati ya mbak, takut dedek kejedot!" Dan dijawab 'iya' kompak oleh keduanya.

Lalu saya lanjutkan sesi ngobrol saya dengan pak Suami di ruang depan. Di tengah-tengah obrolan kaki, tiba-tiba mbak datang dan mulai naik-naik ke punggung Abinya. Ini kebiasaan Azkiya dari dulu yang susah banget hilangnya: manjat ke punggung Abi nya disaat kami asik ngobrol! It's like children never wanted to see us parents happy, am i right?

Karena kesal, saya pun mulai menegur Azkiya:

Ummi: "Azkiya, Ummi sama Abi lagi ngobrol. Azkiya kan tadi lagi main sama dedek. Kok jadi kesini?"

Azkiya: "..." (Sambil terus manjatin punggung dan leher Abinya)

Ummi: (deep inhale-exhale) "kalo udah selesai mainnya, tolong diberesin sprei dan bantal-bantal nya dong mbak! Ayok, beresin sekarang!" 

Azkiya: "Aku masih mau maiiiiin!" (Sambil lari menuju ke kamar, dan tidak kembali lagi sekitar 15-30 menit)

Ya Rabb, padahal tadi maksudnya memang 'mengusir' secara halus, tapi karna ngerasa nggak mempan maka saya suruh mbak buat beresin mainannya. MasyaAllah malah manut, hehe.. Mungkin juga karna membereskan sprei dan bantal-bantal nya terasa jauh lehih berat, maka si mbak beralasan bahwa dia masih main. Anak-anak ya...

Result: ⭐⭐⭐⭐

Tantangan Zona 1 Hari ke-12

 Bisa!

Alhamdulillah Azkiya udah lewat hafalan surah Al-bayyinah yang panjaaaangnya -bagi kami- luar biasa. Sempat down karna benar-benar menyita waktu untuk murojaah dan tambahan hafalan yang hanya beberapa kata saja. Ada juga terbesit, apa surah Al-bayyinah di skip dulu saja? Tapi alhamdulillah Allah mudahkan.

Masuklah mbak Azkiya ke surah Qodar. Ayat satu, dua, dan tiga Alhamdulillah lancar. Ketika tambah hafalan ayat 4 -tanazzalul malaaikatu warruhu fiiha- Azkiya sempat hampir putus asa karna memang agak sulit diucapkan (baginya).

Ummi: "Tanazzalul.."

Azkiya: "Tanazzalal.."

Ummi: "Tanazzalul mbak, liat mulut Ummi" sambil saya peragakan mulut saya membaca ayat 4.

Azkiya: "Aku ngga bisa mi. Aku ngantuk!" Kata Azkiya mulai merengek.

Ummi: "Azkiya bisa. Bisa! Ini lagi belajar biar bisa. Azkiya kemarin-kemarin ngga bisa ayat 1-3, sekarang udah lancar kan? Berarti Azkiya bisa! Azkiya cuma butuh diulang lagi, lagi, lagi, nanti lama-lama bisa, insyaAllah! Kemarin-kemarin surat Al-bayyinah bisa kan?

Azkiya: "hehe..iya bisa." Jawabnya mulai cengengesan.

Ummi: "Ayo, semangat lagi hafalannya, kalo hafalannya banyak nanti disayang Allah, bisa masuk ke surga, terus ketemu Allah deh. Mau?

Azkiya:"Mau!!!"


Dan walaupun tersendat-sendat, akhirnya Azkiya pun hafal bagian awal dari ayat 4 surah Qodar. Alhamdulillah. Allahu musta'an.


Result: ⭐⭐⭐⭐

Sunday, September 13, 2020

Tantangan Zona 1 Hari ke-11

Children see, children do.

Apa yang kita lakukan dan terlihat oleh anak, otomatis akan menjadi contoh yang baik ataupun buruk yang akan diikuti oleh anak. Apalagi untuk mbak Azkiya, yang umurnya sekarang 4 tahun. Sudah pandai sekali mengikuti gerak-gerik Umminya.

Saat itu saya lagi sholat ashar, anak-anak sedang bermain di ruang tengah yang mana hanya dibatasi dinding tanpa pintu. Jadi mereka bisa melihat saya sholat jika menengok melewati tembok. Segera setelah saya salam, saya mendengar mbak nya bersin dan mengucapkan hamdalah yang saya otomatis menjawab, "yarhamukillah..."

"Eh Ummi, udah selesai sholatnya?" tanyanya sedikit kaget.

"Udah mbak," jawab saya, "tapi Ummi doa dulu ya.."

"Oke." jawab mbak. Tidak lama dia melanjutkan, "Ummi kayak gitu ya, pinter! Kalo ada yang bersin bilang alhamdulillah, jawabnya kalo perempuan 'yarhamukillah' kalo laki-laki 'yarhamukallah'. Pinter ya Ummi ya! Azkiya kan perempuan, jadi Ummi tadi bilangnya 'yarhamukillah' ya mi ya?" katanya panjang lebar.

Saya yang mendengar nya dari balik dinding hanya mesem-mesem saja. Ternyata 'ceramah' saya terekam jelas di otaknya. MasyaAllah. 

Itu yang perkara yang baik.

Hal yang kurang baik juga otomatis akan ditiru anak loh! Seperti cerita saya semalam, yang karena kondisi saya sedang lemas dan lelah bukan main setelah seharian melakukan berbagai pekerjaan domestik dan mengurus 2 balita, sedangkan pak suami hampir seharian sibuk dan tidak bisa diganggu. mbak Azkiya merengek minta main. Yang kemudian saya keceplosan seperti, "nanti ya mbak, Ummi lagi capek. Ummi disuruh masak dulu tadi kan sama Abi. Kalau Ummi udah selesai masak nanti Ummi mau istirahat dulu, baru bisa main lagi sama mbak. Oke mbak?"

Mbak Azkiya terlihat kecewa tapi dia jawab, "Oke deh. Ummi kecapekan ya? Kasian Ummi ya?" tanyanya agak lesu.

"Iya, maaf ya mbak" jawab saya.

Setelah pak Suami pulang dan kami sedang duduk-duduk santai, tiba-tiba mbak Azkiya menegur Abi nya, "Abi, kalau Ummi lagi capek jangan disuruh masak dong! Kan kasian Umminya bi! Ummi mau istirahat. Jadi ngga bisa main sama Azkiya deh!" katanya polos.

Pak Suami yang mendengar itupun agak tersentak. Saya pun ikutan kaget. Eh loh kok mbak ngomongnya gitu? batin saya. Antara merasa terharu dibela anak, sama ngga enak sama suami karna merasa disalahkan.

"Nggak kok Bi, capek sedikit doang, ngga papa!" jawab saya mencoba menengahi. "Nggak papa mbak, Ummi nggak papa kok!" kata saya ke mbak Azkiya.

Dan obrolan pun mulai cair disertai tawa Abi nya yang mengaku kaget kalau Azkiya sudah bisa 'membela' Ummi nya begitu. 

Result:⭐⭐⭐⭐

Saturday, September 12, 2020

Tantangan Zona 1 Hari ke-10

 Mencari waktu yang tepat untuk bisa minta tolong sama suami itu susah-susah gampang. Ya sebenarnya nggak susah sih, kadang gengsi nya itu yang lebih menguasai, hehe.

Seperti contohnya hari ini. Sudah 2 hari ini saya merasa tidak enak badan. Piring kotor mulai menumpuk seperti memanggil-manggil untuk dicuci. Padahal masih pagi, saya baru selesai siapkan makanan untuk sekeluarga.

Setelah semua selesai sarapan, pak suami ternyata ada urusan. Langsung sibuk dengan smartphone nya (memang pekerjaannya online). Saya menunggu cukup lama sampai beliau selesai.

Ternyata lama sekali! Akhirnya saya 'nyerah' dan melanjutkan kegiatan lain bersama anak-anak, dari mandi main dan kemudian keluar rumah untuk menjemur pakaian. Pak suami sepertinya sudah selesai dan bergegas bersiap untuk sholat dhuha.

Saya langsung menghampiri beliau sebelum mulai sholatnya, "nanti selesai sholat aku mau ngomong ya!" kata saya sambil senyum dan menatap matanya.

Beliau mengangguk dan langsung sholat. 

Begitu selesai saya langsung bertanya, "lagi sibuk ngga?" Beliau menggeleng. "Aku mau minta tolong hun. Please.." kata saya sambil setengah memelas.

"Aku mau masak agak gasik, kan kamu mau berangkat bada zhuhur kan? Aku minta tolong dong, cuciin piring-piring yg di wastafel ya. Aku bakal seneng banget deh kalo dibantuin."

"Kirain mau ngomong apa. Yaudah." Jawabnya sambil langsung mencuci piring.

Yess! Teriak saya dalam hati. Hehe. Tak lupa saya mengucapkan terimakasih, dan menepati janji untuk masak lebih gasik. Win-win. Semua untung.

Sebenarnya nggak sesulit itu minta tolong sama pak suami. Cuma terkadang beliau sibuk, dan saya tidak enak hati untuk mengganggu beliau. Saya harus pintar-pintar mencari celahnya.


Result: ⭐⭐⭐⭐

Friday, September 11, 2020

Tantangan Zona 1 Hari ke-9

 Hari ini saya sakit. Kepala pusing dari semalam, dan ternyata awet sampai siang ini. Praktis semua pekerjaan saya dikerjakan oleh pak suami. Dari kerjaan domestik sampai mengurus kedua anak.

Saya sempat bangkit dari tempat tidur sekitar pukul 10 pagi untuk sekedar membereskan dapur dan cucian. Namun badan saya malah terasa oleng, akhirnya saya memutuskan untuk rebahan lagi. Mbak dan dedek datang bergantian menghampiri saya di kasur.

"Ummi kenapa? Sakit ya?" tanya mbak.

"Iya, Ummi pusing kepala nya. Jadi nggak bisa nemenin mbak main dulu ya. Mbak doain Ummi biar cepet sembuh ya." Kata saya.

"Ya Allah, tolong sembuhin Ummi. Kasihan. Aamiin" 

"Aamiiin." saya menyahut. 

Alhamdulillah sounding saya sedari mbak mulai bisa bicara adalah; minta semuanya sama Allah. Kalau mau minta mainan, angkat tangan dan doa! Minta apa saja sama Allah. Karena Ummi dan Abi ini tidak punya apa-apa, semua datangnya dari Allah, yang menitipkannya lewat perantara Abi. Begitupun kalau sakit. Selalu saya sounding tiap mbak nya sakit; "Ini Allah yang kasih sakit. Allah juga yang bisa angkat sakitnya Azkiya. Maka dari itu, mintalah, angkat tangan dan doa. Minta Allah sembuhkan Azkiya." Setelah itu kita berobat ke dokter tentunya, sebagai bentuk ikhtiar penyembuhan. Tapi alhamdulillah di masa pandemi ini, jarang sekali mereka sakit.

Result: ⭐⭐⭐⭐

Tantangan Zona 1 Hari ke-8

 Qodarullah lupa post kemarin, jadi di rapel dengan hari ini.

Alhamdulillah mbak Azkiya sudah sukses bisa tidur siang sendiri. Dari usia 3 tahun sudah sering disounding kalau mbak sudah harus bisa tidur siang sendiri. Karena nanti kalau sudah umur 5 tahun, akan dibelikan kasur dan kamarnya dipisah. Sebagaimana pendidikan seks dalam Islam yaitu memisahkan tempat tidur anak dikala anak sudah mulai siap, serta meminta izin tiap kali akan masuk ke kamar tidur orang tua.

Maka sudah sangat membantu bagi saya pribadi, tidak perlu kelonin sambil usap-usap punggung mbak Azkiya lagi. Sekitar jam 13.30-14.00 biasanya mbak mulai bersiap-siap masuk kamar, dan menyalakan murottal. Biasanya akan pulas sekitar 15 menit. Setelah itu saya bisa membantu si dedek untuk tidur pula, di ruangan yang berbeda agar tidak mengganggu tidur mbak.

Nah, pe-er saya sekarang adalah bagaimana sounding ke si dedek untuk bisa tidur sendiri. Ya walaupun usianya masih 2 tahun, dia senang sekali untuk meniru mbak nya dalam hal apapun. Saya pun mencoba berbicara dengannya,

"Aliyya, udah 2 tahun ya! Udah besar sekarang kayak mbak! Kalau sudah besar, boboknya sendiri ya? Nggak kusuk-kusuk (diusap-usap punggungnya) lagi. Bobok aja di kasur sama mbak, nanti lama-lama bisa pules. Oke?" kata saya.

"Oke!" kata si dedek dengan mengacungkan ibu jari tangan kanannya. Lucu!

Tapi apalah daya, tidur siang dedek masih harus berbantalkan lengan saya. Ini kebiasaannya semenjak disapih (Aliyya disapih di usia 22 bulan). Harus tidur dengan lengan saya menjadi bantalnya.

Inilah tantangan saya untuk berkomunikasi produktif dengan Aliyya. Semoga besok ada peningkatan!

Result: ⭐⭐

Wednesday, September 9, 2020

Tantangan Zona 1 Hari ke-7

 Rebutan.


Bagi ibu yang mempunyai dua anak dengan jarak umur yang berdekatan pasti tidak asing dengan kata ini; rebutan. Hal ini hampir terjadi setiap hari, entah itu rebutan mainan, makanan, giliran siapa yang mandi duluan, siapa yang gendong duluan, siapa yang keluar rumah duluan, semuanya bisa jadi rebutan! Walaupun saya sudah berusaha sekeras mungkin untuk mempersiapkan segala sesuatunya serba dua misalnya mainan selalu beli dua, baju selalu beli dua dengan corak atau warna yang sama. Tapi tetap saja ada alasan mereka berdua untuk rebutan.

Dan hari ini yang direbutkan adalah tas, alias backpack mini. Si Mbak umurnya 4 tahun sedangkan si Dedek umurnya 2 tahun; tidak ada dari mereka berdua yang sudah sekolah tapi hari ini mereka memutuskan untuk main sekolah-sekolahan dan kalau pergi ke sekolah wajib bawa tas. Si dedek mau tas warna hijau, si Mbak pun mau tas yang warna hijau. Sedangkan tas warna hijau cuma ada satu, yang lain warnanya biru.

Bisa ditebak dong mereka pasti rebutan? Awalnya Dedek megang satu tas warna hijau. Tidak lama Mbak pun mau tas warna hijau lalu saya coba bujuk mbaknya, "Mbak, coba pakai tas yang biru pasti boleh sama dedek soalnya lagi nggak dipakai. Gimana mau?" Tanya saya mencoba menghibur.

"Ya udah deh aku mau tas yang biru aja" jawabnya pasrah.

Mendengar hal itu si Dedek bukannya memberikan tas biru itu kepada mbak nya malah dia mau kedua tas menjadi miliknya! Waduh repot juga nih, pikir saya.

Saya coba membujuk si Dedek, "Aliyya kan lagi pakai tas yang hijau, yang biru buat mbak ya? Kasihan mbaknya mau sekolah nggak punya tas." 

Si Dedek mulai menangis dan menggelengkan kepalanya sambil teriak, "nggak! Nggak! Nggak!"

"Tuh 'kan gak boleeeh..!" kata mbaknya. Keadaan mulai memanas; dedeknya mulai menangis dan berteriak mbaknya pun mulai nggak sabar pengen pinjam tasnya, sedangkan si Dedek bersikeras bahwa kedua tasnya adalah miliknya!

"Ya udah, tasnya buat dedek dua-duanya. Sekarang Mbak Azkiya pakai tasnya umi dulu gimana?" Saya coba bernegosiasi dengan mbaknya.

"Tas Ummi yang mana?"

"Itu loh tas yang warnanya krem yang biasa Ummi bawa kalau pergi-pergi, mau?"

Saya tunjukkan tas yang biasa saya gunakan untuk acara yang agak formal, "mau!" Jawabnga antusias.

Dengan bahagianya Mbak Azkiya menerima tas yang saya pinjamkan untuknya. Akhirnya, bukannya bermain sekolah-sekolahan seperti yang tadi mereka mainkan, Mbak bermain menjadi orang yang lagi belanja sambil jalan-jalan ambil barang layaknya saya yang sedang shopping.

Si dedek yang melihat mbaknya asyik bermain sendiri mulai iri juga; mau tas uminya dan mulai meninggalkan tas yang tadi diperebutkan oleh keduanya.

Mulailah si Dedek merengek, "mau minta tas yang itu yang dipakai mbak!" Ujarnya dengan bahass yang hanya saya yang memahaminya. Mendengar hal tersebut mbaknya langsung kabur sambil memeluk erat tas yang saya pinjamkan. Melihat itu Dedek makin keras tangisnya.

"Hhhh..." saya menghela nafas panjang 'ya Allah anak-anak ini benar-benar..' batin saya berbisik. Akhirnya saya pun mengambil tas lain yang kadang saya gunakan untuk pergi-pergi juga dan memberikannya kepada si Dedek, "nih Aliya juga punya tas ini! Pakai tas yang ini aja ya!"

Aliyya mengangguk senang dan mulai bermain dengan tas yang saya berikan. Si Mbak akhirnya mau bermain bersama Dedek karena merasa aman tasnya tidak akan diambil.


Yah begitulah saudara sesama perempuan yang jarak usianya hanya 2 tahun. Ada saja yang dibuat rebutan. Sepertinya kalau tidak rebutan itu tidak seru ya? Saya harus cari cara lain agar bisa membuat si Dedek mau berbagi dengan mbaknya setidaknya dengan barang-barang yang memang ada dua. Dalan semoga saya juga bisa meningkatkan komunikasi saya kepada si Mbak untuk bisa memaklumi adiknya yang masih bayi dan juga mau berbagi mainan bersama. Wah, masih panjang pe-ernya!


Result: ⭐⭐⭐

Tuesday, September 8, 2020

Tantangan Zona 1 Hari ke-6

 Hari ini mencoba berkomunikasi produktif dengan suami sendiri. Kenapa baru sekarang? Karena sebenarnya kami sudah mempelajari beberapa teknik komunikasi antara suami dan istri dari beberapa buku yang pernah saya baca -mengenai psikologi perempuan dan laki-laki- dan sebaik mungkin kami mencoba untuk mempraktekannya sehari-hari dengan  sebaik-baiknya, dan Alhamdulillah sudah banyak yang berubah walaupun tetap masih harus ditingkatkan lagi.

Sedangkan hari ini sebenarnya saya ada keinginan untuk meminta izin kepada suami untuk keluar jalan-jalan bersama teman dekat saya. Biasanya saya minta izin ya tinggal minta izin saja, tapi karena saya tertarik untuk mempraktekkan komunikasi produktif ini maka saya mencoba mencari waktu yang tepat untuk kami berbicara empat mata tanpa gangguan dari anak-anak dan ketika saat itu tiba -malam hari- saya pun berkata "hun, aku mau ngomong deh."

Dan suami pun jadi penasaran, "ngomong apa? Ngomong ya ngomong aja aku dengerin kok." Jawabnya.

Lalu saya tatap matanya dalam-dalam dan memberikan jeda beberapa detik. Suami makin penasaran "Mau ngomong apa sih?"

Saya pun masih diam dan hanya tersenyum sambil terus memandangi mata suami dan terlihat jelas bahwa suami semakin salah tingkah dengan tatapan dan senyuman saya, lalu saya mulai bicara, "sebenarnya..."

Jeda lagi beberapa detik suami makin gemas, "apa???"

"Aku mau izin jalan-jalan sama temen aku, si fulanah, kita mau janjian besok sore di dekat sini aja. Mau ngopi sambil ngobrol-ngobrol boleh nggak? Aku nitip anak-anak. Ya, me-time lah. Udah lama kayanya aku gak me-time jalan-jalan sendiri. Boleh yaaa?" Tanya saya agak manja.

"Ya ampun kirain mau ngomong apa. Ya boleh lah, masa enggak boleh? Asal diatur aja pas waktu anak-anak tidur atau anak-anak udah makan udah mandi, jadi nggak rewel pas kamu pergi."

"Oke! Siap kapten!! Makasih ya Hun" dengan detail gesture yang tidak akan saya ceritakan di sini, if you know what I mean.

Dan begitulah mini drama ala kami.


Result: ⭐⭐⭐⭐⭐

Monday, September 7, 2020

Tantangan Zona 1 Hari ke-5

 Tiba-tiba badan si dedek panas, dan ketika saya periksa di dalam mulutnya ternyata gigi gerahamnya baru mau tumbuh! Mungkin karena itulah badannya panas dan dia rewel. Akhirnya saya menggendongnya dari siang sampai bada ashar.


Saya menggendong Aliyya sambil menyuapi keduanya makan siang. Aliyya akhirnya tertidur pulas di gendongan lalu tiba-tiba saja Mbak Azkiya bertanya.

"Mi, kenapa Allah nggak kelihatan? Aku kan mau lihat Allah." Tanyata polos sekali sambil mendongakkan kepala ke atas.

Lalu saya balik tanya, "Memang Allah ada di mana, mbak?"

Azkiya menjawab, "Allah ada di atas langit. Tapi kok aku nggak lihat? kan aku mau lihat Allah." 

Bismillah. Saya membatin, semoga Allah lancarkan lisan saya dalam menjawab pertanyaan menggelitik ini. "Azkiya enggak bisa melihat wujud Allah, nanti pingsan loh!"

"Kok pingsan?" Tanyanya yang langsung menengok ke arah saya dengan wajah bingung.

Lalu saya menceritakan kisah nabi Musa alaihissalam yang memohon kepada Allah untuk dapat melihat wujud Allah. Lalu Allah memerintahkan beliau untuk datang ke sebuah gunung dimana nanti Allah akan menampakan wujudnya. Maka datanglah nabi Musa. 

"Kenapa nabi Musa bisa pingsan?"

Saya melanjutkan, "nabi Musa belum melihat Allah. Beliau baru melihat cahaya Nya saja, yang Allah tampakkan pada sebuah gunung, lalu gunungnya meledak hancur! Melihat itu saja Nahi Musa pingsan. Nabi Musa nggak kuat. Padahal Nabi Musa orang yang kuat, gagah, dan tangguh, tapi baru melihat cahaya Allah saja beliau sudah pingsan."

"Sekarang coba Azkiya bisa nggak menatap matahari secara langsung? Silau ya? Pasti susah ya untuk membuka mata Azkiya? Pasti matanya merem merem gitu kan? Silau sekali kan soalnya. Itu baru matahari, makhluk ciptaan Allah, bagaimana dengan pencipta matahari? Azkiya nggak akan bisa melihat Allah."

Azkiya pun terdiam lalu dia berkata, "Tapi nanti di surga bisa kan lihat Allah?"

"Iya, nanti kalau Azkiya masuk surga bisa ketemu Allah langsung! Allah yang janjikan. Tapi kalau mau masuk surga harus jadi anak yang salihah dulu. Yang nurut sama Ummi Abi, sama perintah Allah dan Nabi Muhammad, baru Azkiya bisa masuk surga. Mau jadi anak salihah?"

"Mau!!!" jawabnya semangat.


Prolog:


Alhamdulillah Azkiya sudah saya sounding dari ia mulai belajar babbling -belum jelas bicaranya- tentang tauhid ; siapa Tuhannya, ada di mana Tuhannya, ada berapa. Juga tentang kalimat tauhid, tentang siapa penciptanya, bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain pencipta manusia, bumi, dan segala isinya, yaitu Allah subhanahu wa ta'ala.

Terkadang banyak pertanyaan menggelitik yang keluar dari mulut Azkiya seperti yang saya ceritakan barusan; mengapa dia tidak bisa melihat Allah. Tapi alhamdulillah, dengan pertolongan Allah saya mencoba menjelaskan semampu saya, yang bisa saya lakukan saat itu. Saya berniat nantinya akan diperbaiki lagi dialog-dialog tentang tauhid bersama Mbak Azkiya. Insya Allah.


Result: ⭐⭐⭐⭐

Sunday, September 6, 2020

Tantangan Zona 1 Hari ke-4

Hari Ahad. Waktunya saya untuk deep clean the house alias beberes rumah! Benar-benar membersihkan dari ujung-ke-ujung! Saya memulai agak telat sekitar pukul 7 pagi, dimana anak-anak sudah mulai berlari-larian kesana kemari. 

Akhirnya saya memberikan mainan berupa beras berwarna pink, yang memang sudah lama sekali kami simpan. Dari si mbak kecil, 'alat' ini sudah dipergunakan baik untuk melatih motorik halusnya atau hanya untuk sekedar bermain. Dan saya sering sembunyikan agar anak-anak tetap excited saat memainkannya.

Sayapun memberikan beras berwarna pink tersebut kepada mbak Azkiya dan mengatakan, "Mbak main di teras ya bareng-bareng sama dedek, Ummi mau beres-beres rumah dulu. Azkiya sama dedek di depan dulu biar Ummi bisa nyapu ngepel, takut di dalam licin nanti kepleset. Oke? main sama-sama ya!"

Dengan gembira Mbak Azkiya menjawab oke dan mulai bermain dengan beras dalam baskom yang berisi beberapa printilan masak-masakan tentunya bersama si Dedek. Dan saya pun bisa membersihkan rumah dengan tenang. 

Selesai membersihkan bagian dalam rumah saya pun berniat untuk membersihkan teras. Namun alangkah kagetnya saya ketika saya melihat beras tercecer di seluruh lantai teras bahkan sampai ke luar pagar. Si Dedek senyum-senyum sedangkan si Mbak terlihat agak panik. Saya yang amat sangat kelelahan akhirnya berkata "ya Allah Mbak, Umminya lemes habis beresin dalam rumah sekarang terasnya berantakan, Ummi sedih deh." Sambil memasang wajah memelas.

Mbak Azkiya yang mendengar hal tersebut langsung mengambil sapu mini dan pengki yang memang sudah saya siapkan di dalam baskom berisi beras dan mulai menyapu nya, mengumpulkannya, dan memasukkannya ke dalam baskom kembali walaupun hasilnya memang jauh dari harapan. Setidaknya saya melihat usaha yang dilakukan Mbak Azkiya sebagai cara untuk menghibur saya yang mengatakan bahwa saya sedih.

Setelah saya rasa cukup usaha yang dilakukannya, akhirnya saya pun mengatakan, "Azkiya kalau main dibereskan lagi yaa... Azkiya boleh main apa-apa diberantakin, asal setelahnha dibereskan lagi ya. Ummi senang kalau ada yang bantu umi beres-beres. Makasih ya sekali lagi!"

Azkiya yang merasa telah membantu Umminya menjawab dengan senyuman "sama-sama!"

Ternyata Mbak Azkiya pun sudah bisa merasakan simpati dan empati kepada Umminya. Hanya dengan mengatakan bahwa saya sedih dia bersigap untuk membersihkan beras beras yang tercecer di lantai dengan harapan bisa membuat rasa sedih saya berkurang. Menurut saya hal itu bagus sekali Alhamdulillah.


Result: ⭐⭐⭐⭐

Friday, September 4, 2020

Tantangan Zona 1 Hari ke-3

 Ini kejadian semalam. Awalnya si Mbak dijanjikan untuk jalan-jalan malam setelah makan malam, tapi justru setelah selesai menghabiskan makanannya, mbak, dedek, dan saya pun bercanda bermain sampai ternyata jam sudah menunjukkan pukul 21.30.

Karena sudah terlalu larut dan Abinya pun sudah sangat mengantuk akhirnya diputuskan untuk tidak jadi jalan-jalan malam. Akhirnya si Mbak tantrum marah-marah nangis sampai pukul pukul bantal ke abinya. Abi yang sudah mulai kesal karena terlihat mengantuk dan jengkel maka Abi pindah ke kamar dan memutuskan untuk tidur. Mbak yang masih tantrum mengikuti abinya sambil teriak-teriak dan menangis kencang. Abi mulai kesal dan akhirnya membentak. Mbak bukannya menurut malah makin keras tangisannya.

Akhirnya saya yang sedang memangku si Dedek memanggil Mbak, "Mbak sini sama Ummi duduk sebentar." Mbak nurut dan duduk di sebelah saya sambil masih terus menangis. Lalu saya elus-elus punggungnya dan dengan bismillah saya bilang begini ke mbak.

"Mbak Azkiya sedih ya pengen jalan-jalan malam eh nggak jadi, padahal tadi Abi udah janji mau jalan-jalan malam. Jadi azkia kesel ya, udah janji eh nggak jadi. Jadinya Mbak marah ya sama Abi sama Ummi ya?"

Sambil masih terus menangis Mbak mengangguk lalu bilang "Iya aku sedih mi, aku kan pengen jalan-jalan."

"Iya Ummi ngerti Azkiya sedih pengen jalan-jalan, tapi sekarang udah malam. Bahaya, takut ada orang jahat. Takut Abinya ngantuk nanti pas bawa motor terus kesandung dan jatuh berdarah kayak waktu itu kakak naik sepeda enggak hati-hati, pas jatuh, berdarah! Kasihan kan dia kesakitan kan? Azkiya mau Abi kayak gitu?" Tanya saya perlahan mengingatkannya atas kejadian dimana ada temannya yang jatuh dari sepeda karena terlalu ngebut.

Azkiya jawab, "Nggak." sambil menggelengkan kepalanya dan mulai reda tangisannya.

"Gimana kalau besok pagi kita jalan-jalan sama-sama ke taman yang ada perosotannya? Kan kalau pagi nggak ada orang tuh, jadi Mbak bisa main sama dedek. Main perosotan sama lari-larian karena nggak ada orang, kan masih pagi. Gimana mau?"

Azkiya mulai berhenti tangisannya dan terlihat seperti berpikir lalu dia menjawab "Mau."

Sambil masih terus saya elus-elus punggungnya, saya melanjutkan, "kalau begitu kita sekarang tidur dulu, oke? Azkiya sekarang ke kamar mandi; pipis dan sikat gigi. Habis itu kita dzikir malam, terud tidur deh! Besok bangun pagi, kita ke taman sama-sama, oke?"

"Oke!" jawabnya. Tangisannya sudah hilang berganti dengan senyuman manis khas Mbak Azkiya.

Yeyy umi 'menang' komunikasi produktif kali ini! Lancar! Enggak nyangka Mbak Azkiya bisa dibujuk secepat itu! Paginya pun kita sama-sama ke taman untuk main perosotan. Karena masih sepi, mereka berdua puas bermain sampai lelah dan akhirnya pulang lalu sarapan. Selesai.


Result: ⭐⭐⭐⭐⭐

Thursday, September 3, 2020

Tantangan Zona 1 Hari ke-2

 MasyaAllah tabarokallah.


Sebenarnya banyak yang terjadi hari ini (dan kemarin) tapi setiap ada 'kejadian', saya malah lupa untuk langsung catat. Ini akan menjadi tantangan saya selanjutnya. Catat!

Pagi ini bada shubuh saya membantu foto produk kaos milik suami yang akan dijual online, mulai dari setup kamera+laptop, buka-pasang kaos satu dan lainnya. Saya sangat menikmati waktu sendiri saya (me-time) walaupun sebenarnya melelahkan. Karena saya bisa bebas melakukan apa yang saya suka tanpa adanya 'iklan', hehe..

Sekitar pukul 7.30 dedek bangun. Disusul oleh mbaknya. Anak-anak yang super excited melihat aneka kabel, dslr, manekin, lampu flash camera, dan yang pastinya adalah tumpukan kaos yang menggunung! It's a playground! Itu mungkin yang mereka pikirkan.

Otomatis saya panik! Takut kamera tergeser, yang mana mempengaruhi pencahayaan dan fokus foto. Akhirnya saya mencoba tenang ketika kedua balita itu masuk ruangan dengan mata 'lapar' nya.

Saya coba ambil napas dan menatap si mbak sambil bilang, "wah udah bangun nih anak Ummi dua-dua nya! Pasti lapar ya? Mau Ummi buatin roti coklat?"

"Mau!" Jawab keduanya. Yah walaupun si dedek belum terlalu jelas bagian huruf 'm' nya.

"Tapi, tunggu di luar dulu ya. Ummi bereskan ini semua sebentar, habis itu Ummi buatin rotinya,. Oke?!" Tanya saya dengan mata yang berbinar, seolah roti+meses+keju adalah sebuah kue bertingkat tiga!

"Oke!!!" Kedua kakak beradik itu menjawab kompak. Akhirnya berturut keluar kamar sambil haha-hihi main di ruangan lain. Alhamdulillah, barang-barang ku aman!

Akhirnya setelah selesai merapikan peralatan foto, saya pun menepati janji untuk membuatkan roti coklat kesukaan mereka. Dengan mata berbinar-binar, si dedek membawa piring plastik nya ke ruangan tempat saya mengambil foto, dan disusul oleh mbak nya.

"Eh loh, kok kesini lagi?" 

"Iya, kan biar sama-sama Ummi!" Kata mbak.

Hufff..padahal saya berharap mereka anteng dikasih roti dan saya bisa lanjut foto-fotonya. Tapi ya beginilah kenyataan hidup dengan 2 balita.

"Oke, mbak sama dedek boleh makan disini, tapi duduk manis ya. Diem-diem makannya. Ngga sambil jalan-jalan atau injak-injak baju. Oke?" 

"Oke!" Jawabnya kompak.

Yah walaupun tidak sesuai ekspektasi, tugas memfoto saya tetap selesai. Kekurangan  yang   saya sadari adalah walaupun gesture  yang saya gunakan tetap ceria, senang, dan bersemangat, saya tidak berjongkok sehingga posisi saya sejajar dengan anak. Saya berdiri. Mungkin itu yang harus saya perbaiki kedepannya.

Results: ⭐⭐⭐

Wednesday, September 2, 2020

Tantangan Zona 1 Hari ke-1

Bismilllah.

Hari ini mencoba praktek komunikasi produktif kepada si mbak (anak pertama, Azkiya yang usianya 4 tahun 3 bulan) saat sarapan pagi tadi. Saya berusaha membuat dia menghabiskan sarapannya sendiri juga membantu si dedek (adiknya, Aliyya usia 2 tahun) nenghabiskan makanannya. Sarapannya apa? Kentang goreng ala Ummu A! Yum!

Makan. Adalah tantangan bagi saya semenjak dia lahir. Azkia adalah anak yang termasuk picky Eater. Dari kecil makannya pilih-pilih. Untuk selengkapnya bisa baca postingan saya yang berjudul "dari GTM jadi homeschooling".

Semenjak azkia lancar berbicara dia pandai bernegosiasi masalah makan. Di tengah-tengah makan kadang dia minta minum. Kalau dikasih, minumnya sengaja banyak biar bisa alasan kembung atau udah kenyang. Jadi saya sering melarang dia minum kecuali makannya sudah habis.

Tadi pagi ketika mereka sedang makan kentang goreng buatan saya, saya tinggal sebentar untuk cuci piring. Tidak lama kemudian si mbak mengambil gelas kemudian berkata "Mi aku mau ambil minum, haus. Lalu saya bertanya  "kentangnya sudah habis belum?" Dia menjawab belum tapi sudah haus.

Lalu saya jawab lagi  "kamu boleh minum tapi syaratnya makannya harus habis dulu. Kalau sudah habis boleh minum yang banyak sekali ok? dan si mbak menjawab oke tapi kepalanya ditundukkan seperti kecewa lalu kemudian melanjutkan makannya. Sepertinya berhasil tapi masih butuh ditingkatkan lagi komunikasi produktif saya sehingga si Mbak mau menerima nasihat saya tanpa merasa kecewa.

Selain masalah minum, saya juga meminta tolong kepadanya untuk membantu menyuapi adiknya makan. Si dedek memang agak sulit untuk sarapan, tapi makan siang dan makan malam nya lahap! Karena si dedek tak kunjung mengambil kentang goreng miliknya, saya pun mulai membuka percakapan.

"Oh, mungkin dedek mau makannya disuapin mbak, ya? Coba Mbak suapin dedeknya!" Dan MasyaAllah, si dedek yang tadinya nggak mau makan, langsung membuka mulutnya lahap ketika mbak yang suapi! Alhamdulillah berhasil! Dedek mau makan, dan mbak merasa bangga bisa bantu Ummi nya.

Selesai makan dan minum, saya bicara ke mbak, "Ummi senang deh, kalo Azkiya mau bantu Ummi suapin sarapannya dedek. Ummi seneng ada yang bantuin! Makasih ya mba!" Saya peluk dan cium dia. Terlihat ekspresi nya bangga sekali.

Oh ya ada lagi. Alhamdulillah mbak sudah bisa pakai baju sendiri (asal saya siapkan dulu, di layout istilahnya, di atas kasur). Nah saat itu piyama yang akan dipakai modelnya full kancing depan, dan dia belum begitu lancar memakai pakaian jenis seperti itu dan juga memasangkan kancing. Walau saya sudah layout kan, mbak masih bingung memakainya.

"Mi, ini gimana cara pakainya?"

Saya yang sedang memakaikan baju dedek pun hanya menjawab dari luar kamar, "tangannya disilangkan, yang kanan ke kiri, yang kiri ke kanan"

Beberapa detik berlalu, dia tanya lagi, "ih, ngga bisa tuh! Gimanaaaaa?"

Akhirnya saya menghadapkan badan saya yang sedang setengah duduk dan mempraktekkan menyilangkan tangan sambil menjelaskan, "tangan kanan masuk ke kiri, tangan kiri masuk ke kanan mba."

Setelah itu bisa! Masya Allah, anak-anak memanh harus dipraktekkan langsung di hadapannya. Walaupun memasang kancing masih menjadi sebuah tantangan buat mbak. 

Bagi saya, kadang saya berpikir bahwa mbak sudah besar. Tanpa dicontohkan pasti bisa, apalagi ketika saya repot dengan adiknya. Tapi bagaimanapun si mbak tetaplah anak-anak yang masih sangat membutuhkan bimbingan orang tua nya dalam segala hal. Khususnya life skill yang alan membantunya untuk mempersiapkan kehidupan yang mandiri di masa dewasa.

Alhamdulillah hasil komunikasi produktif saya hari ini tidak seburuk yang saya bayangkan. Allah mudahkan dan lembutkan hati anak-anak saya untuk menerimanya. Karena beberapa hari sebelum memulainya, saya sudah 'bersiap-siap' dengan meminta langsung kepada yang Maha Membolak-balik kan hati, agar apa yang 'baru' saya pelajari, dapat saya praktekkan kepada anak saya.

Walaupun kalau boleh jujur, sebenarnya ini bukan benar-benar hal yang baru bagi saya. Saya pernah mendapatkan materi yang serupa, tapi tidak sama. Mengenai KKO, atau Kata Kerja Operasional (berhubungan dengan Taksonomi Bloom), ketika mengikuti workshop Homeschool Anak Usia Dini di tahun 2018. 

Maka inilah jurnal pertama saya untuk Tantangan pertama di Zona 1 Bunda Sayang batch 6.

Result: ⭐⭐⭐⭐

#harike-1
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia

Ujian (sekolah)

  Link download ada di bawah Salah satu mapel yang memang agak runyam -buat anak kelas 1 SD, dan terkhusus Azkiya- adalah PAM (Pendidikan An...