Thursday, September 24, 2020

Aliran Rasa (Zona 1 - Komunikasi Produktif)

Entah kenapa setiap kali tugasnya adalah aliran rasa, saya malah susah mengalirkan rasa! Biasanya susahnya di awal-awal gini; 1-2 paragraf masih bingung mau nulis apa,  tapi insya Allah lama kelamaan sih lancar dan mengalir nulisnya. Kayak sekarang ini saya masih bingung nih pembukaan nulis aliran rasa gimana ya enaknya...

Mungkin mulai dari pengalaman komunikasi produktif kepada anak ya, karena target utama saya adalah si Mbak yang umurnya 4 tahun. Kenapa target utama saya adalah si Mbak bukan si dedek yang usianya 2 tahun? Alasan pertama karena Mbak sudah mulai mengerti dan sudah mulai sering bertanya kenapa? kok bisa? terus? kalau nggak kenapa? gimana? dan segudang pertanyaan-pertanyaan lain yang kadang bikin uminya menghela nafas panjang. Alasan kedua karena si Mbak adalah contoh bagi adiknya kelak yang menurut saya kalau kakaknya 'selesai' maka insya Allah ke bawahnya atau kepada adik-adiknya pun akan lebih mudah karena kebanyakan dari adik-adik pasti mencontoh dari kakaknya. Maka dari itu saya memutuskan bahwa target utama komunikasi produktif saya adalah si Mbak.

Dan selama 15 hari perjalanan melakukan praktek komunikasi produktif sejujurnya banyak sekali momen aha dimana saya berhasil mempraktekkan komunikasi produktif tersebut kepada si Mbak. Tapi apalah daya, saya tipe ibu-ibu yang jarang pegang HP atau komputer sehingga banyak momen yang terlewatkan. Justru ketika ada  kesempatan untuk menuliskan nya yang saya ingat hanya 1-2 kejadian saja. Tapi tidak apa karena sesungguhnya komunikasi produktif ini merupakan misi sepanjang hidup saya jadi tidak masalah walaupun yang tertulis hanya sedikit saja.

Namun saya tidak memungkiri bahwa saya pun sering gagal dalam praktek komunikasi produktif utamanya ketika keadaan saya tidak stabil seperti kelelahan, lapar, atau ngantuk, atau bahkan ketiganya. Maka jangankan mempraktekkan komunikasi produktif kepada si Mbak, untuk menjadikan otak saya dipenuhi oleh pikiran positif pun rasanya sulit sekali! Yang ada tanduk dan taring sering keluar! Semoga Allah memaafkan khilaf saya.

Ketika saya akhirnya kelepasan dan akhirnya marah-marah, saya merasa sedih dan merasa gagal menjadi ibu yang baik dan sangat menyesal apabila telah berteriak kepada anak-anak. Tapi insya Allah saya berusaha lagi, mencoba menenangkan pikiran dan memberikan sugesti positif kepada diri untuk bisa mencoba lagi dan lagi. Jadi tidak jarang saya meminta maaf kepada si Mbak karena kegagalan saya dalam mengatur emosi saya.

Tapi seperti yang saya sebutkan, komunikasi produktif ini merupakan misi sepanjang hidup maka saya bertekad bahwa walaupun tantangannya hanya 15 hari, prakteknya sendiri ya seumur hidup. Saat ini mungkin saya praktek hanya kepada anak-anak. Kedepannya bisa kepada orang tua, kakak-kakak saya, keluarga besar saya, tetangga serta teman-teman lainnya insya Allah. 


Jakarta, 24 September 2020.

20.20 WIB

No comments:

Post a Comment

Ujian (sekolah)

  Link download ada di bawah Salah satu mapel yang memang agak runyam -buat anak kelas 1 SD, dan terkhusus Azkiya- adalah PAM (Pendidikan An...