Saturday, October 31, 2020

Zona 3 Family Project Day 3

 Rencana: seperti yang sudah direncanakan dari pekan kemarin, hari ini anak-anak akan berkunjung ke rumah Uti (orang tua saya) setelah hampir 9 bulan tidak berjumpa. Sedari pagi mereka excited sekali, semangat makan, semangat mandi, dan semangat beberes! Mereka sudah membayangkan perjalanan naik mobil menuju ke rumah Uti dan akan berjumpa dengan 3 sepupunya. Hmm.. akan main apa ya?



Aktual dan kendala: awalnya, kami hendak berkendara naik motor, namun karena barang bawaan berlebih, akhirnya kami memutuskan untuk untuk naik taksi online. Setelah menunggu beberapa menit taksi pun sampai, dan kami bertiga  -saya dan anak-anak- naik mobil sedangkan pak suami naik motor. Kenapa? Akan saya jelaskan nanti.


Setibanya di rumah Uti, anak-anak langsung mandi dan ganti baju (protokol kesehatan). Saya pun demikian. Setelahnya Azkiya langsung bermain dengan mba Najma (12thn), mba Salma (9 thn), dan Hanif (1,5 thn), mereka adalah anak-anak dari kakak saya yang pertama. 


Tapi berbeda dengan Aliyya. Karna terakhir kali kami main ke rumah Uti adalah ketia usianya 1,5 thn (dan waktu itu belum bisa jalan) sepertinya Aliyya butuh waktu lebih untuk berkenalan lagi dengan beberapa sosok yang sudah lama tidak ia jumpai. Sempat menolak untuk didekati Uti dan Kakung, tapi setelah dibujuk lama kelamaan luluh juga 


Bada zhuhur saya bersiap-siap. Awal tujuan saya kesini adalah agar anak-anak bisa main dengan kakek-nenek serta sepupunya, melepas rindu setelah sekian lama tidak berjumpa. Namun saya bingung kapan momen yang tepat. Qodarullah ternyata hari ini pas sekali dengan undangan pernikahan salah satu sahabat saya. Maka semenjak pekan lalu saya dan suami sudah merencanakan kunjungan saya ke rumah orang tua saya. Anak-anak bermain di rumah Uti, sedangkan saya dan suami datang memenuhi undangan pernikahan. 


Alhamdulillah acara lancar dan anak-anak pun senang bermain dengan sepupu dan kakek neneknya. Sayang sekali tidak ada fotonya. Karena qodarullah setiap saya berkunjung ke rumah orang tua, entah kenapa selalu hectic alias riweuh. Hehe. Tudak sempat sekedar ambil foto. Sebagai gantinya, saya sertakan foto saya dan suami ketika menghadiri pernikahan teman saya.





Refleksi: anak-anak senang sekali berjumpa dan bermain kembali dengan para sepupu dan kakek neneknya. Walaupun anak bungsu sempat 'drama', tapi Alhamdulillah teratasi juga.


Presentase: 95%


#harike3

#tantangan15hari

#zona3cerdasemosidanspiritual

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

#familyproject

#sahabatterbaik


Friday, October 30, 2020

Zona 3 Family Project Day 2

 Rencana: insyaAllah besok hari Sabtu kami sekeluarga akan pergi mengunjungi rumah orangtua saya. Jarak rumah kami sebetulnya tidak begitu jauh. Orangtua saya di jakarta Barat sedangkan saya sekeluarga di Jakarta Selatan.  Namun, semenjak covid19 masuk ke Indonesia kira-kira dari bulan Februari, kami sekeluarga belum pernah berjumpa lagi dengan orangtua saya sampai detik ini.


Sudah tidak terbayang lagi bagaimana senangnya anak-anak -terutamaAzkiya- ketika pertama kali saya sampaikan bahwa kita sekeluarga akan ke rumah Uti! Saya merencanakannya sudah jauh-jauh hari, semenjak hari Ahad. Dan sudah banyak persiapan, seperti pakaian yang akan dipakai sampai peotokol kesehatan nanti sebegitu kami sampai di rumah Uti.


Aktual dan Kendala: insyaAllah baru akan besok berangkatnya.


Refleksi: persiapan (ngobrol-ngobrol mengenai rencana pergi ke rumah Uti) sangat menyenangkan untuk anak-anak


Presentase: 100% for the excitement.


#harike2

#tantangan15hari

#zona3cerdasemosidanspiritual

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

#familyproject

#sahabatterbaik


Thursday, October 29, 2020

Zona 3 Family Project Day 1

 Rencana: rutin muroja'ah hafalan surat-surat pendek dan membaca iqro.


Jadi Alhamdulillah selama ini selalu rutin murojaah dan belajar iqro setiap hari di pagi hari bersama saya. Kali ini kami merencanakan agar Azkiya melaksanakannya rutin 2 kali sehari, pagi oleh saya dan bada maghrib oleh Abi nya. Juga Azkiya belajar adab membaca Al-Qur'an yaitu menutup auratnya (mengenakan jilbab). 


Walaupun sebelumnya sudah rutin di pagi hari, terkadang sore nya Azkiya masih sering bolong-bolong. Maka saya merencanakan bersama Abi nya untuk 'bagi tugas'. Selain itu selama ini Azkiya belajar iqro dengan saya tidak mengenakan kerudung. Mulai saat ini insya Allah Azkiya akan belajar adabnya.


Aktual dan Kendala: pagi hari Alhamdulillah tidak ada kendala. Saya membimbing Azkiya untuk muroja'ah dan setelahnya membaca iqro. Bada maghrib merupakan waktu bagi kami sekeluarga untuk santai dan ngobrol sambil ngemil. Tadi kami pun ngemil dan setelahnya Azkiya bersama Abi melanjutkan muroja'ah dengan main game sambung ayat. Belum sempat baca iqro, azan sudah keburu berkumandang. Akhrinya baca iqro nya dilanjutkan setelah Abi pulang sholat isya. 


Refleksi: Azkiya senang sekali bermain sambung ayat dengan Abinya. Karna kadang anak-anak bosan muroja'ah dengan cara biasa, setor hafalan. Maka kali ini bermain sambung ayat dan Azkiya Alhamdulillah bisa menyelesaikannya. Sayangnya karna terputus waktu isya, ketika membaca iqro bersama Abi nya, Azkiya sudah melepas kerudung nya dan enggan mengenakannya lagi.


Presentase: 90%


#harike1

#tantangan15hari

#zona3cerdasemosidanspiritual

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

#familyproject

#sahabatterbaik




Tuesday, October 20, 2020

Surat Cinta untuk Diri (Aliran Rasa Bunsay Zona 2)

 Untuk Kamu, di tanggal 21 Oktober 2020.

Surat ini ditujukan untuk Kamu, yang saat ini sedang lemah dan merasa tidak sehat. Morning sickness that stays 24 hours for the past couple weeks almost killed you, not to mention the backache and the dizziness.  Tapi Kamu tidak mau menyerah. Walau banyak sekali standar yang harus diturunkan demi menjaga kewarasan, Kamu tetap maju walau sempat ragu. Akankan bisa melewati misi demi misi dengan keadaan seperti ini? Dan tidak terasa sekarang sudah akan masuk misi yang ke-tiga. Alhamdulillah. Walaupun harus terseok-seok, Kamu bisa.

Misi kedua ini special sekali. Padahal misi nya sangat menarik, yaitu tentang kemandirian anak. Tapi Kamu hanya punya satu target, yaitu membuat si Sulung bisa makan sendiri. Tidak ada target yang lain. Dan alasan dibalik ini, sungguh unik.

Kamu ingat saat pertama kali pindah ke rumah kontrakan baru di daerah Srengseng? Pertama kalinya kamu hidup ‘mandiri’ setelah sebelumnya tinggal bersama orangtua. Saat itu si Sulung usianya baru 9 bulan. Dan Kamu cukup kaget ketika harus menyelesaikan segala-gala nya sendiri. Tidak ada Mamah yang membantu untuk sekedar momong anak ketika Kamu akan sholat, ke kamar mandi, atau makan. The pressure was real. And you’ve got burnt out!

Pekerjaan domestik yang tiada habis, anak yang menuntut perhatian 24 jam, dan kurangnya istirahat membuat Kamu mudah sekali stress. Tapi syukur Alhamdulillah, Kamu berusaha menyelesaikan sendiri masalahmu. Bagaimana caranya? Kamu mulai menjelajah Youtube! Yang Kamu cari saat itu adalah: How to become a happy stay-at-home Mom!

Dan mulailah perjalananmu, mengurus dirimu sendiri. Bagaimana seni menata rumah, memasak cepat, mengatur jadwal sehari-hari, bahkan sampai homeschool si sulung! MasyaAllah. Dan salah satu tips agar terhindar dari mom’s burn out adalah dengan mengajarkan anak bagaimana cara mengurus kebutuhannya sendiri, alias mandiri.

Kamu tata rumahmu menjadi ramah anak. Peralatan makan anak di laci bawah agar ia bisa mengambil piring, mangkok, gelas ataupun sendok sendiri. Kamu biasakan si sulung meletakkan piring kotor di dapur, baju kotor di keranjang baju, tempat sampah pun ada di setiap sudut ruangan. Kamu buat ia membereskan mainannya sendiri sebelum ia boleh mengambil keranjang mainan baru. Kamu tata mainan anak mu -yang tidak ada habisnya itu- ke dalam kotak-kotak keranjang sesuai jenisnya; masak-masakan, animal figure, blok kayu, blok lego, dan lain-lain sehingga ia pun mudah membereskannya.

Ketika anak ingin ikut pergi keluar dengan Abi nya, kamu buat ia bisa memakai kerudung dan jaket sendiri untuk kemudian ia pun bisa melepaskannya sendiri dan menggantungkannya di tempat gantungan yang tingginya setara dengan tinggi anakmu. Kamu keraskan suaramu ketika mengucapkan do’a sehari-hari sehingga lama kelamaan anakmu hafal, dan bisa berdoa tanpa diperintah. Kamu buat jadwal harian yang konsisten tiap harinya –walau tidak minute-by-minute- sehingga anakmu jarang tantrum (ada teori mengatakan bahwa anak butuh rutinitas, sehingga ia merasa ‘nyaman’ dan tidak ‘kaget’ atau ‘wondering’ bagaimana ia menjalani hari-harinya. Cmiiw.)

Teknik melipat baju ala Konmari juga Kamu praktekkan untuk baju anak-anakmu. Sehingga si Sulung bisa memilih, mengambil, mempersiapkan, kemudian memakai bajunya sendiri setelah mandi tanpa membuat lemarinya berantakan. Tentu saja, lemarinya memang masih gabung dengan milik mu dan suami, tapi letaknya di laci paling bawah, sehingga anakmu mudah mengambilnya.

Belum terasa cukup bagimu. Ketika anak kedua lahir, Kamu biasakan si Sulung untuk membantu sekedar menyiapkan peralatan mandi untuk adiknya. Kamu juga membiasakan ia mengajak bicara dan bermain serta sayang kepada adiknya. Alhamdulillah seiring berjalannya waktu, mereka juga kadang bertengkar ketika rebutan mainan, dan si Sulung –MasyaAllah- sering sekali mengalah dan kemudian kamu lihat ia memeluk dan menciumi adiknya.

Bertambah usia si Sulung, kamu ajarkan juga ia mencuci beras. Maka lahirlah hobi baru baginya, yaitu mencuci beras. Kau ajarkan juga ia dan adiknya mengupas bawang, wortel, jagung, memetik sayuran, dan memotong benda lunak. Kamu juga biarkan si Sulung membuat roti coklatnya sendiri, membuat telur orak-arik, bahkan menguleni donat. Di usianya yang belum genap 3 setengah tahun, Kamu biasakan si Sulung untuk tidur siang sendiri. Tidak ditemani atau pun diusap-usap. Cukup ia masuk kamar tidur, dinyalakan murottal surat yang sedang dia hapal, kemudian tidur. Ia pun sudah bisa sikat gigi sebelum tidur dilanjutkan dengan membaca dzikir sebelum tidur (menghitungnya sendiri) dan kamu hanya mengawasi.

MasyaAllah. Tidak disangka masalah mu di masa lampau justru membuat anak-anak mu kini lebih mandiri. Padahal, tujuan awalnya adalah agar mengurangi stress dan memberikan waktu lebih untukmu sekedar me time membaca, menggambar, ataupun hanya rebahan. Tapi Alhamdulillah Allah mudahkan semua dan justru membawa manfaat bagi anak-anakmu.

Mungkin dalam perjalanan setoran misi, banyak sekali yang terlewat. Misi mu hanya sekedar tulisan dan foto sebagian. Tidak ada lay-out grafik atau video speed up karya mu seperti yang Kamu kerjakan dulu di kelas Matrikulasi. Misi mu juga kalah ‘cantik’ dari teman-teman mu yang Kamu lihat seliweran di feeds social media mu. Tapi insyaAllah, nilai yang Kamu dapatkan tidak berbeda. Walaupun target mu hanya satu, dan masih berproses pula. Tapi dengan keadaanmu yang serba terbatas ini, your good enough, is more than enough.

So keep going, Dian! Kamu yang sekarang sudah bisa memetik buah yang Kamu tanam sejak dulu, di saat teman-teman yang lain baru memulainya.

Stay strong, Dian! Walaupun pusing dan morning sickness menghiasi 24 jam harimu, walaupun harus terseok-seok mengerjakan tiap-tiap misi, walaupun hanya mendapatkan badge dasar, tapi tujuan mu tetap kuat; menyerap ilmu sebanyak-banyaknya!

From someone deep inside your heart.

Jakarta,
21 Oktober 2020.

 

 

                                                                             

Tuesday, October 13, 2020

Tantangan Zona 2 Hari ke-10

 

Zona 2 Hari 10

Aliyya Bermain dan Membereskan Mainan Sendiri.

Hari itu Aliyya tidur siang agak cepat. Biasanya anak-anak kompak tidur siang sekitar pukul 14.00 setelah makan siang dan bermain sebentar. Tapi waktu itu jam belum menunjukkan pukul 13.00 dan Aliyya sudah tertidur sendiri di kamar.

Akhirnya saya membiarkan ia tidur walaupun belum makan siang. Karena kalau dibangunkan pasti nantinya akan rewel. Maka saya ‘mengurus’ Azkiya dulu sampai waktunya ia tidur siang.

Sekitar pukul 15.00 Aliyya bangun agak rewel. Pasti ia lapar. Saat itu Azkiya sudah pulas. Akhirnya saya menyuapi Aliyya makan, yang terkadang dia mengambil sendiri potongan ayamnya.

Setelah selesai makan, Aliyya mulai mencari mbaknya. Saya berikan pengertian bahwa mbaknya masih tidur siang, dan Aliyya sudah selesai tidurnya. Bosan, akhirnya saya berikan batu-batu kecil bernuansa warna pasir yang biasa digunakan untuk dasar aquarium. Senang sekali ia melihatnya.

Kemudian secara mandiri ia mengambil permainan masak-masakan yang ada di laci mainan. Satu per satu. Ia ambil semacam penggorengan plastic berwarna merah, kemudian mengambil wadah kecil berwarna-warni, piring, sendok, dan lain-lain.

Aliyya bermain sendiri dan saya mengawasi nya sambil membntu menyelesaikan project milik pak suami. Sesekali saya puji ia, “Wah, pintar ya Aliyya tuang-tuang nya!” dan dia senyum senang sekali. Win-win bagi saya, Aliyya merasa senang bermain dengan bebatuan kecil sebesar biji jagung, dan secara tidak langsung mengasah motoric halusnya (indra peraba di jari-jarinya dan dry pouring).

Sesi bermain ini berlangsung cukup lama, hamper sekitar satu jam. Bagaimana keadaannya setelah satu jam? Berantakan pastinya. Kemudian saya mencoba mengajak Aliyya yang terlihat sudah bosan untuk membereskan bebatuannya, “Dedek bantuin Ummi beresin batu nya yuk, masukkan ke sini yaa yang banyak!” dan Aliyya pun mau membantu membereskan walaupun hasilnya memang masih belum bersih sekali. Setelah selesai saya pun berterima kasih, “thank you dedek, udah bantuin Umi beres-beres! Pinter!” sambil saya ciumi pipinya. Dengan bangga ia jawab, “Kam!” yang maksudnya : you’re welcome!

Reaksi anak: Proud of herself!

Tantangan Zona 2 Hari ke-9


Zona 2 Hari 9

Makan mi sendiri.

Saya sudah sering bercerita mengenai Azkiya yang agak challenging urusan makan. Tapi suatu hari ia minta dibelikan spaghetti dari sebuah resto cepat saji yang cukup terkenal. Lalu saya bertanya, “nanti kalau beli spaghetti, mbak makan sendiri sampai habis ya?” dan dijawab “oke!”

Singkat cerita sudah ada spaghetti di atas meja. Azkiya mencuci tangannya sendiri dan duduk di depan meja lipat tempat biasanya ia makan. Dengan menggunakan garpu, ia mulai menyantap spaghetti di depannya. Sluurp..! Enak sekali kelihatannya. Azkiya terlihat asyik sekali memakan spaghetti di hadapannya.

Dan tanpa terasa habis! MasyaAllah wal hamdulillah! Azkiya pun bangga bisa makan spaghetti sendiri sampai habis!



Tantangan Zona 2 Hari ke-8

Zona 2 Hari 8

Menangkap Kecoa!

Iya, judulnya nggak salah kok. Menangkap kecoa!

Sebelumnya saya ingin bercerita akan ketakutan saya dengan hewan satu ini: kecoa. Dari kecil setiap saya melihat kecoa, naluri saya pastilah lari. Walaupun kecoa nya berada jauh dari saya, tetap saja saya merasa takut. Dan sampai saat ini pun saya masih takut dengan kecoa.

Semenjak Azkiya lahir sampai sekarang pun, Azkiya tau kalau saya ini takut kecoa. Kalau ada kecoa dan saya berteriak, Azkiya pasti ikut teriak dan lari-lari sambil tertawa. Mungkin dia pikir hal ini lucu. Biasanya pak suami yang menangkap kecoa dengan bekas gelas air mineral plastik, kemudian dibuat keluar rumah.

Belakangan, pak suami mulai mengajari Azkiya bahwa kecoa bukan hal yang perlu ditakuti. Panjanglah dialog antara bapak dan anak tersebut karena Azkiya tidak berhenti bertanya ‘kenapa’. Kenapa ngga boleh takut? Kenapa Umi takut? Kenapa ngga usah teriak atau lari? Dan banyak kenapa-kenapa lainnya.

Malam itu saya mau ke kamar mandi, tiba-tiba ada hewan berlari kencang melewati kaki saya. Kaget, saya berteriak. “Bi.. ada kecoa! Tolong dong..” kata saya memelas.

Bukannya pak suami yang dating menolong, tapi Azkiya lah yang dating membawa wadah bekas air mineral sambil berkata, “mana Mi kecoanya? Biar aku tangkap!”

Mendengar itu saya tertawa. Lucu saja. Sepanjang hidup Azkiya, dia ikut lari ketakutan dan berteriak kalau ada kecoa. Tapi mala mini dia bilang berani.

Dan benar saja dia menangkap kecoa itu dengan wadah plastik! Saya sampai terkesima dengan ‘keberanian’nya. Saya banggakan dia, “Masya Allah mbak berani banget tangkap kecoanya! Keren!” lalu kami high five dengan senyum lebar menghiasi wajah Azkiya.

Apakah ini kemandirian? Menurut saya iya. Bahkan Azkiya bisa menyelesaikan masalah saya daripada saya sendiri tanpa bantuan orang lain.

Reaction: Proud!

Wednesday, October 7, 2020

Tantangan Zona 2 Hari ke-7

Tantangan Zona 2 Hari ke-8

Mengajak Sholat dan Memakai Mukena Sendiri.

Hari ini Azkiya entah mengapa Alhamdulillah minta sholat sendiri. Dari awal sekali saya tidak pernah memaksa anak-anak untuk sholat. Toh usianya masih balita. Sedangkan perintah sholat diwajibkan untuk usia 7 tahun. Walaupun memang persiapan untuk sholat lebih baik sejak dini.

Di awal pandemi, ketika pemerintah membatasi kegiatan beribadah di masjid, otomatis pak suami pun sholat di rumah. Saat itu bulan Ramadhan, dan kami berdua sholat tarawih di rumah. Melihat pemandangan Umi dan Abi nya sholat berjama’ah, bagi mereka agak aneh. Karena selama ini, Abi nya sholat wajib di masjid.  Azkiya lalu juga ingin ikut sholat berjamaah bersama Umi dan Abi. Disusul kemudian Aliyya pun juga ingin bergabung. Jadilah kami sholat tarawih berjamaah berempat di rumah. MasyaAllah.

Walaupun tidak berlangsung lama, mungkin hanya sekitar sepekan, tapi sepertinya Azkiya menyukainya. Saya pun sering mengajaknya untuk sholat tanpa memaksa. Kalau mau ya Alhamdulillah, kalaupun tidak ya tidak mengapa. Karena dalam agenda saya, Azkiya insyaAllah mulai dilatih untuk menghapal bacaan sholat ketika usianya 5 tahun. Wallahu a’lam.

Tapi Alhamdulillah malam itu ketika selesai azan isya, selepas Abi nya pergi ke masjid Azkiya menghampiri saya yang tengah rebahan, “Umi, kita sholat yuk!”

Mendengarnya, saya langsung bangkit dan semangat. “Yuk, Azkiya sama Aliyya wudhu dulu ya! Ummi siapin mukena nya.”

Alhamdulillah! Allah mendengar do’a saya yang memang belakangan bingung untuk memulai mengajarkan sholat kepada Azkiya mulai dari mana. Mumpung Azkiya mau sholat, saya pun mulai menyiapkan strategi untuknya.

Dimulai dengan menjejerkan dua sajadah besar. Satu di sebelah kiri agak maju sedikit untuk saya sebagai iman, satu di sebelah kanan agak mundur untuk makmum; Azkiya dan Aliyya. Saya juga siapkan mukena keduanya di atas sajadah sebelah kanan. Lalu mereka berdua dating dan terlihat senang dengan layout yang sudah saya siapkan.

“Mbak bisa pakai mukena sendiri?” Tanya saya kepada Azkiya. “Bisa dong!” jawabnya percaya diri. Melihat mbak nya bisa memakai mukena dengan lancar, walaupun bagian rambut nya ada beberapa helai yang keluar, Aliyya pun seolah tidak mau kalah! Ketika saya berusaha memakaikan mukena bagian kerudung, dia menolak. Dan ingin mencoba memakainya. Yah, walaupun dia keliatan agak jengkel karena tidak pas jahitannya di bawah dagu, akhirnya saya membantunya.

Maka kami pun sholat isya. Pada rokaat pertama saya membaca surah al-Alaq ayat 1-5 yang mana merupakan surat terakhir yang sedang dihapal Azkiya. Sedangkan rokaat kedua saya membaca surah al-Ikhlas. Alhamdulillah AZkiya mengikuti prosesi sholat dengan baik. Aliyya pun begitu, tidak kabur-kaburan seperti ketika sholat tarawih yang lalu.

Selepas sholat saya langsung istighfar, yang mana langsung dipertanyakan oleh Azkiya. “Kok Ummi istighfar, kenapa? Kan harusnya dzikiran?”

“Iya, sehabis sholat kata Nabi Muhammad kita diharuskan baca istighfar dulu, baru habis itu dzikir mba.” Kata saya mencoba menjelaskan.

“Lalu Azkiya mengikuti membaca istighfar, lebih dari 10 kali! Lalu saya tegur, “mbak, baca istighfar nya 3 kali aja. Mbak kira baca nya 33 kali ya kaya baca dzikir? Hehe. Kalo istighfar sehabis sholat, 3 kali aja cukup mba.”

“Oh, gitu ya. Hehe.. Azkiya ngga tau. Kirain 33 kali juga.” Jawabnya polos sambil cengengesan.

“Iya nggak papa, kan sambil belajar.”

Lalu ia pun menyelesaikan dzikirnya. Tidak lama mengangkat tangannya dan berdoa dengan do’a kebaikan untuk orangtua dan doa sapu jagad. MasyaAllah, ternyata masih hapal! Saya dibuat kagum sepanjang ini.

 

Reaction: Over the moon!



Tuesday, October 6, 2020

Tantangan Zona 2 Hari ke-6


Temuanku:

Aliyya berusia 2 tahun 2 bulan. Bicaranya masih kurang jelas, tapi sudah bisa mengutarakan keinginannya dengan bahasa yang ia bisa. Belakangan Azkiya senang membantu 'mengurus' adiknya. Saya ingin Aliyya bisa mengutarakan keinginannya kepada Azkiya (ketika saya sedang sibuk memasak atau pekerjaan domestik lainnya). Sedangkan untuk Azkiya, saya ingin ia bisa membantu adiknya.


Strong Why:

Selama ini Aliyya bisa meminta tolong kepada saya atau Abinya ketika ia membutuhkan atau menginginkan sesuatu. Namun kadang ketika saya sedang tidak bisa membantu, akhirnya Aliyya menangis karna 'bantuan ' tak kunjung datang. Saya ingin anak-anak saya saling membantu untuk memenuhi kebutuhannya. Aliyya meminta bantuan kepada Azkiya, dan Azkiya belajar memahami kebutuhan adiknya.


Strategi untuk melatih kemandirian:

-mengajarkan Aliyya cara meminta tolong kepada kakaknya

-mencoba 'menerjemahkan' apa yang dikatakan Aliyya kepada Azkiya

-menyemangati Azkiya untuk bisa membantu adiknya, hal tersebut artinya kakak sayang adik, maka Allah akan sayang keduanya


Sukses apa aku hari ini?

Alhamdulillah urusan makan Azkiya sudah 'beres'! Ia sudah mulai lancar makan nasi dan mi. Aliyya masih dalam proses. Ditengah makan, Aliyya ingin minum. Saya mencoba mengarahkan Aliyya untuk meminta tolong kepada mbaknya, "coba Aliyya ngomong, mba, tolong ambilin minum. Aliyya haus." Yang mana diikutinya walau masih belum terlalu jelas. Azkiya laku mengambil 2 gelas dan mengisi keduanya dengan air galon (bagian mengambil gelas agak riskan untuk Aliyya karna harus menaiki tangga yang agak tinggi dan mengambilnya di dalam laci yang agak berat). Azkiya kemudian meletakkan satu gelas untuknya dan satu gelas lagi untuk adiknya. Saya lalu membimbing Aliyya untun mengucapkan terima kasih kepada kakaknya.


Tantangan hari ini:

Bukan bermaksud membandingkan, tapi perkembangan bicara Aliyya memang sedikit lebih lambat dibanding kakaknya. Kadang kami orangtuanya pun masih kesulitan memahami apa yang diinginkan Aliyya. Maka kami mencoba membantu 'menerjemahkan' kepada Azkiya apa yang diucapkan oleh Aliyya. Hal ini sering terjadi di tengah sesi bermain keduanya.


Ingin sukses apa esok hari?

Aliyya mampu berkomunikasi kepada semua anggota keluarga. Azkiya mampu membantu adiknya.


Rasaku hari ini:

Alhamdulillah bangga dengan Azkiya yang sudah mau membantu adiknya. Banyak hal lain yang sering dilakukan Azkiya untuk adiknya, seperti mengambilkan mainan di tempat yang agak tinggi, membantu menyalakan kipas angin, mematikan lampu, membereskan mainan, dll. 


Respon anak:

Mereka berdua sebenarnya sudah terbiasa berkomunikasi dan bermain bersama, namun kadang ada yang tidak dimengerti Azkiya, sehingga sering berbuntut konflik alias rebutan! Sehingga saya harus menengahi. "Mbak, tadi Aliyya mau ngomong ini, bla-bla-bla, gitu. Mbak mau bantuin dedek kan?" "Makasih ya mbak, dedeknya senang tuh dibantu mbak. Coba Aliyya bilang apa sama mba?? Makasih mba!!" 





Monday, October 5, 2020

Tantangan Zona 2 Hari ke-5

 

Temuanku:

Dari kemarin kakaknya, sekarang adiknya! Aliyya, usianya sudah 2 tahun 2 bulan. Urusan makan Alhamdulillah ngga ada masalah dari mulai pertama kali mpasi, apa aja masuk! Makin bertambah usianya, makannya pun makin bervariasi. Aliyya suka coba makanan-makanan baru yang belum pernah ia coba, bahkan udah dibilang pedes pun dia gak peduli, pokoknya harus coba! Hehe. Alhamdulillah, sama sepeti mbaknya, udah lancar makan finger food sendiri (buah potong, snack bayi, roti isi, dll). Nah, karna belakangan dia lihat mbaknya makan nasi sendiri, akhirnya dia juga mau coba! Well, she basically wants everything that her sister does! Itulah kenapa saya selalu fokus 'tugas' di kakaknya, karna pasti adiknya ngikut! Udah setelan default nya gitu! 


Strong Why:

Kali ini Aliyya belajar makan sendiri disampimg finger food untuk melatih kemandiriannya akan kebutuhan primernya. Akan sangat meringankan bagi saya khususnya apabila kedua anak sudah bisa makan sendiri.


Strategi untuk melatih kemandirian:

- waktu makan selalu bersama-sama dengan mbaknya

- makan dengan menu dan alat makan yang sama dengan mbaknya (kalau beda, pasti maunya punya mba!)

- melihat mba nya makan sendiri akan membuat Aliyya ingin ikut makan sendiri juga

- dimulai dengan porsi kecil


Sukses apa aku hari ini?

Sarapan dengan roti isi coklat keju dan susu coklat. Alhamdulillah berhasil tanpa drama. Walaupun memang agak lebih lama durasi makannya ketimbang mbaknya (karena potongan rotinya di kecilkan, jadi jumlahnya lebih banyak ketimbang punya mbaknya) tapi habis! Siang makan dengan sayur bayam dan tempe orek. Alhamdulillah habis juga. Aliyya belum begitu lancar memasukkan full spoon kedalam mulutnya, jadi saya bantu arahkan. Malamnya makan dengan ikan lele. Disini saya anggap fail, karena Aliyya nggak suka nasi nempel di jarinya. Jadi terpaksa saya suapi. (Lauk kering, mudah menempel di jari).


Tantangan hari ini:

Aliyya anak yg cenderung 'bersih'. Dia gak suka kalau makan nasi berantakan. Untuk laik berkuah tidak ada masalah karna nasinya basah dan tidak mudah menempel. Pe-er saya adalah bagaimana Aliyya tetap nyaman makan sendiri dengan lauk kering.


Ingin sukses apa esok hari?

Aliyya kontinyu makan nasi sendiri dan 'berani' makan nasi dengan lauk kering.


Rasaku hari ini:

Alhamdulillah senang sekali karna Aliyya mau makan sendiri. Walaupun durasinya agak lama, tapi insyaAllah berproses.


Respon anak:

hanya saat makan nasi dengan lauk kering Aliyya menolak! Well, lebih ke bingung bagaimana cara makannya. Selebihnya, makan yang lain lancar Alhamdulillah.







Sunday, October 4, 2020

Tantangan Zona 2 Hari ke-4

  (Temuan, strong why, dan strategi masih sama dengan hari pertama karena targetnya pun sama)

Temuanku:

Azkiya sekarang berumur 4 tahun 4 bulan. Sudah saatnya ia bisa makan sendiri tanpa disuapi. Memang kedengarannya simple. Tapi untuk seorang anak yang picky eater (seperti saya ketika kecil dulu, dan ibu saya juga. Hey, it runs in the family!), makan tanpa disuapi merupakan tantangan yang tidak mudah! 


Strong Why:

Selama ini menu makan yang disuka dan mau dimakan oleh Azkiya cenderung monoton. Agak sulit bagi saya untuk berkreasi dengan masakan karena Azkiya akan menolak mentah-mentah tanpa mencicipi sedikitpun. Maka selama ini saya mencoba membujuknya untuk makan dengan menyuapinya. Agar setidaknya anak ini 'mau makan'! Ya, karna ada makanan yang masuk ke perutnya saja saya sudah bersyukur. Tapi saya sadar, usianya sekarang sudah cukup besar untuk bisa mandiri. Dan jika tantangan ini berhasil, maka akan jauh lebih meringankan pekerjaan saya sebagai ibu (yang bercita-cita memiliki anak banyak alias keluarga besar) dan juga menghemat waktu.


Strategi untuk melatih kemandirian:

- menyiapkan menu makan yang disuka Azkiya

- menyiapkan peralatan makan yang ergonomis untuk anak 

- membuat suasana menyenangkan untuk makan

- memberikan sugesti positif kepada Azkiya, bahwa ia sudah cukup besar dan mampu melakukannya sendiri

- menemani selama makan

- memberikan apresiasi bagaimanapun hasilnya


Sukses apa aku hari ini?

Hari ini sarapan dengan roti isi. Baik Azkiya maupun Aliyya sudah terbiasa makan sendiri kalau menunya adalah finger food. Maka sarapan tadi Alhamdulillah lancar. Siangnya makan nasi dengan lauk ayam goreng. Azkiya Alhamdulillah sudah mulai lancar menyendok nasi dan lauk kering, walaupun ayamnya masih saya suwir. Malamnya makan nasi dengan telur urak-arik, yang Alhamdulillah lancar juga. Azkiya mulai agak terbiasa makan sendiri.


Tantangan hari ini:

Alhamdulillah semua lancar, hampir tidak ada kendala.


Ingin sukses apa esok hari?

Azkiya makin terbiasa makan sendiri.


Rasaku hari ini:

Alhamdulillah bangga dengan Azkiya yang masih konsisten makan sendiri dari hari pertama.


Respon anak:

Alhamdulillah sudah merasa bahwa makan sendiri tanpa disuapi merupakan 'tugas' ia pribadi. Karna apabila tidak makan sendir maka ia akan lapar.





Saturday, October 3, 2020

Tantangan Zona 2 Hari ke-3

 (Temuan, strong why, dan strategi masih sama dengan hari pertama karena targetnya pun sama)

Temuanku:

Azkiya sekarang berumur 4 tahun 4 bulan. Sudah saatnya ia bisa makan sendiri tanpa disuapi. Memang kedengarannya simple. Tapi untuk seorang anak yang picky eater (seperti saya ketika kecil dulu, dan ibu saya juga. Hey, it runs in the family!), makan tanpa disuapi merupakan tantangan yang tidak mudah! 


Strong Why:

Selama ini menu makan yang disuka dan mau dimakan oleh Azkiya cenderung monoton. Agak sulit bagi saya untuk berkreasi dengan masakan karena Azkiya akan menolak mentah-mentah tanpa mencicipi sedikitpun. Maka selama ini saya mencoba membujuknya untuk makan dengan menyuapinya. Agar setidaknya anak ini 'mau makan'! Ya, karna ada makanan yang masuk ke perutnya saja saya sudah bersyukur. Tapi saya sadar, usianya sekarang sudah cukup besar untuk bisa mandiri. Dan jika tantangan ini berhasil, maka akan jauh lebih meringankan pekerjaan saya sebagai ibu (yang bercita-cita memiliki anak banyak alias keluarga besar) dan juga menghemat waktu.


Strategi untuk melatih kemandirian:

- menyiapkan menu makan yang disuka Azkiya

- menyiapkan peralatan makan yang ergonomis untuk anak 

- membuat suasana menyenangkan untuk makan

- memberikan sugesti positif kepada Azkiya, bahwa ia sudah cukup besar dan mampu melakukannya sendiri

- menemani selama makan

- memberikan apresiasi bagaimanapun hasilnya


Sukses apa aku hari ini?

Hari ini Azkiya sarapan dengan menu bubur nasi. Alhamdulillah berhasil menghabiskannya dengan waktu yang tidak begitu lama. Bubur ini cara makannya hampir sama dengan menu kesukaannya dulu; oatmeal. Jadi Azkiya tidak kesulitan memakannya demgan sendok. Siangnya saya ajak anak-anak membantu saya memasak menu capcay. Azkiya dan Aliyya membantu mengupas bawang putih, jagung muda, menyuwir jamur, sampai mencuci beras! Setahun lalu, mencuci beras merupakan tugas Azkiya hampir tiap hari ketika rumah kami masjh di daerah Srengseng. Tapi ketika pindah di Pesanggrahan, sudah berbeda tata letak kamar mandinya sehingga agak sulit untuk Azkiya membantu mencuci beras kecuali harus memakai kursi tambahan. Setelah selesai masak Azkiya makan sendiri. Agak kesulitan karna capcay merupakan lauk semi kuah. Azkiya sulit mengumpulkan lauk dan nasi dalam satu sendok. Akhirnya saya coba membantunya dengan mengatakan bahwa tidak apa disendok dulu nasinya kemudian baru lauknya. And problem solved! Waktu makan siang Azkiya lebih cepat dari sebelum-sebelumnya, hanya sekitar 30 menit. Alhamdulillah. Malamnya saya buat mi goreng ayam+telor dan Alhamdulillah lancar juga makannya.


Tantangan hari ini:

Azkiya sudah mulai paham bahwa di waktu makan ia tidak boleh sambil bermain atau kesana-kemari. Saat makan siang, ia terlihat bosan di pertengahan makan. Seperti ingin menyerah karna nasi dan lauknya susah dikumpulkan dalam satu sendok. Tapi saya coba terus menyemangati agar Azkiya mau menghabiskan makannya.


Ingin sukses apa esok hari?

Membuat Azkiya less bored dengan memotivasinya lagi selama proses makan sendiri.


Rasaku hari ini:

Alhamdulillah bangga dengan Azkiya yang masih konsisten makan sendiri dari hari pertama.


Respon anak:

Alhamdulillah sudah merasa bahwa makan sendiri tanpa disuapi merupakan 'tugas' ia pribadi. Karna apabila tidak makan sendir maka ia akan lapar.





Friday, October 2, 2020

Tantangan Zona 2 Hari ke-2

Anak-anak makan pisang goreng coklat keju

 Bismillah.

Hari ini hampir sama dengan kemarin. Target nya adalah Azkiya bisa makan sendiri tanpa dibantu. Dan Alhamdulillah ia bisa.


Sukses apa aku hari ini?

Qodarullah berhalangan untuk masak karba kondisi fisik yang kurang memungkinkan, akhirnya beli nasi dan ayam goreng. Ayam goreng saya suwir-suwir dan diletakkan satu piring dengan nasi. Saya tidak sediakan sendok, saya ingin coba Azkiya menggunakan tangannya untuk makan. Hasilnya? Alhamdulillah sukses walaupun memang memakan waktu lama dan nasi yang berceceran kemana-mana. Sorenya saya membuat snack untuk anak-anak dan suami; pisang goreng coklat keju. Alhamdulillah anak-anak sukses nakan sendiri (again, untuk snack, sereal, roti isi dan buah potong, anak-anak sudah bisa makan sendiri sebelumnya)


Tantangan hari ini:

Disela-sela makan kadang Azkiya 'kabur' untuk main. Saya harus berkali-kali menginginkan bahwa ia harus menghabiskan makanannya dulu sebelum melanjutkan main.


Ingin sukses apa esok hari?

Saya ingin Azkiya tetap berada di tempatnya ketika makan dan tidak berlarian di sela makan. Tetap konsisten makan sendiri.


Rasaku hari ini:

Jujur ada sedikit kekecewaan ketika diri ini tidak bisa mengerjakan 'kewajiban' sehari-hari, walaupun ada uzur yang kuat; saya kurang sehat. Saya tidak bisa memasak makanan yang disuka Azkiya sehingga tidak ada moment ketika anak-anak membantu saya memasak; mengupas, memotong, menyortir sayur-sayuran yang akan dimasak. Tapi mengingat Azkiya bisa makan sendiri walaupun bukan makanan buatan saya sudah cukup mengobati kekecewaan saya.


Respon anak:

Awalnya sempat bertanya, kenapa kita nggak masak Mi? Saya jawab ya qodarullah Ummi ngga enak badan, jadi beli aja. Dan Alhamdulillah Azkiya tetap kooperatif mau makan sendiri.


Thursday, October 1, 2020

Tantangan Zona 2 Hari ke-1


Temuanku:

Azkiya sekarang berumur 4 tahun 4 bulan. Sudah saatnya ia bisa makan sendiri tanpa disuapi. Memang kedengarannya simple. Tapi untuk seorang anak yang picky eater (seperti saya ketika kecil dulu, dan ibu saya juga. Hey, it runs in the family!), makan tanpa disuapi merupakan tantangan yang tidak mudah! 


Strong Why:

Selama ini menu makan yang disuka dan mau dimakan oleh Azkiya cenderung monoton. Agak sulit bagi saya untuk berkreasi dengan masakan karena Azkiya akan menolak mentah-mentah tanpa mencicipi sedikitpun. Maka selama ini saya mencoba membujuknya untuk makan dengan menyuapinya. Agar setidaknya anak ini 'mau makan'! Ya, karna ada makanan yang masuk ke perutnya saja saya sudah bersyukur. Tapi saya sadar, usianya sekarang sudah cukup besar untuk bisa mandiri. Dan jika tantangan ini berhasil, maka akan jauh lebih meringankan pekerjaan saya sebagai ibu (yang bercita-cita memiliki anak banyak alias keluarga besar) dan juga menghemat waktu.


Strategi untuk melatih kemandirian:

- menyiapkan menu makan yang disuka Azkiya

- menyiapkan peralatan makan yang ergonomis untuk anak 

- membuat suasana menyenangkan untuk makan

- memberikan sugesti positif kepada Azkiya, bahwa ia sudah cukup besar dan mampu melakukannya sendiri

- menemani selama makan

- memberikan apresiasi bagaimanapun hasilnya


Sukses apa aku hari ini?

Menu sarapan adalah kentang goreng. Untuk makanan finger food, baik Azkiya maupun Aliyya (2tahun1bulan) sudah bisa makan sendiri. Keduanya juga bisa makan sereal,b potong, snack, roti isi, dan berbagai jenis finger food tanpa disuapi. Yang menjadi tantangannya adalah makan nasi beserta lauknya. Makan siang menunya nasi dan sop. Azkiya sukses makan sendiri -alhamdulillah- walaupun menghabiskan waktu sekitar 40 menit. Saya menyemangati dan menemani sepanjang proses ia makan sendiri. Dari mulai mengajari menyendok kuah, sayur, sampai menggabungkan sayur dan nasi dalam satu sendok kemuadian memakannya. Nasi dan sayur habis walaupun sedikit berantakan. Makan malam menunya nasi dan lele goreng. Daging ikan lele saya suwir dan diletakkan didalam piring yang sama dengan nasi. Azkiya menyendoknya dan memakannya. Alhamdulillah sukses juga walaupun memakan waktu cukup lama sekitar 30 menit. Juga masih berantakan.


Tantangan hari ini:

Di pertengahan makan, Azkiya seperti terlihat lelah dan ingin segera disuapi saja. Namun saya membujuknya dan menyemangati bahwa sebenarnya ia bisa. Tidak apa walaupun perlahan-lahan dan masih berserakan karna masih belajar.


Ingin sukses apa esok hari?

Konsisten tidak menyuapi Azkiya. Membiarkan ia makan sendiri walaupun menguras waktu dan kesabaran karna harus menunggu dan membersihkan ceceran nasi.


Rasaku hari ini:

Sangat bangga dengan capaian Azkiya! Alhamdulillah Azkiya bisa. Saya agak tidak menyangka kalau ia akan mau diajak makan sendiri tanpa disuapi di hari pertama. Saya sudah membayangkan kalau ia akan menolak dan merengek untuk disuapi tapi ternyata tidak.


Respon anak:

Awalnya bingung, namun perlahan mulai paham. Dan ketika ia selesai, saya memujinya, "MasyaAllah pinter anak Ummi bisa makan sendiri sampai habis! Anak shalihah high five" dan Azkiya tos dengan bangga nya!




Ujian (sekolah)

  Link download ada di bawah Salah satu mapel yang memang agak runyam -buat anak kelas 1 SD, dan terkhusus Azkiya- adalah PAM (Pendidikan An...