Untuk Kamu, di tanggal 21 Oktober 2020.
Surat ini ditujukan untuk Kamu, yang saat ini sedang lemah
dan merasa tidak sehat. Morning sickness that stays 24 hours for the past
couple weeks almost killed you, not to mention the backache and the dizziness. Tapi Kamu tidak mau menyerah. Walau banyak
sekali standar yang harus diturunkan demi menjaga kewarasan, Kamu tetap maju
walau sempat ragu. Akankan bisa melewati misi demi misi dengan keadaan seperti
ini? Dan tidak terasa sekarang sudah akan masuk misi yang ke-tiga.
Alhamdulillah. Walaupun harus terseok-seok, Kamu bisa.
Misi kedua ini special sekali. Padahal misi nya sangat
menarik, yaitu tentang kemandirian anak. Tapi Kamu hanya punya satu target,
yaitu membuat si Sulung bisa makan sendiri. Tidak ada target yang lain. Dan alasan
dibalik ini, sungguh unik.
Kamu ingat saat pertama kali pindah ke rumah kontrakan baru
di daerah Srengseng? Pertama kalinya kamu hidup ‘mandiri’ setelah sebelumnya
tinggal bersama orangtua. Saat itu si Sulung usianya baru 9 bulan. Dan Kamu
cukup kaget ketika harus menyelesaikan segala-gala nya sendiri. Tidak ada Mamah
yang membantu untuk sekedar momong anak ketika Kamu akan sholat, ke kamar
mandi, atau makan. The pressure was real. And you’ve got burnt out!
Pekerjaan domestik yang tiada habis, anak yang menuntut
perhatian 24 jam, dan kurangnya istirahat membuat Kamu mudah sekali stress.
Tapi syukur Alhamdulillah, Kamu berusaha menyelesaikan sendiri masalahmu.
Bagaimana caranya? Kamu mulai menjelajah Youtube! Yang Kamu cari saat itu
adalah: How to become a happy stay-at-home Mom!
Dan mulailah perjalananmu, mengurus dirimu sendiri.
Bagaimana seni menata rumah, memasak cepat, mengatur jadwal sehari-hari, bahkan
sampai homeschool si sulung! MasyaAllah. Dan salah satu tips agar terhindar
dari mom’s burn out adalah dengan mengajarkan anak bagaimana cara mengurus
kebutuhannya sendiri, alias mandiri.
Kamu tata rumahmu menjadi ramah anak. Peralatan makan anak
di laci bawah agar ia bisa mengambil piring, mangkok, gelas ataupun sendok
sendiri. Kamu biasakan si sulung meletakkan piring kotor di dapur, baju kotor
di keranjang baju, tempat sampah pun ada di setiap sudut ruangan. Kamu buat ia
membereskan mainannya sendiri sebelum ia boleh mengambil keranjang mainan baru.
Kamu tata mainan anak mu -yang tidak ada habisnya itu- ke dalam kotak-kotak
keranjang sesuai jenisnya; masak-masakan, animal figure, blok kayu, blok lego,
dan lain-lain sehingga ia pun mudah membereskannya.
Ketika anak ingin ikut pergi keluar dengan Abi nya, kamu
buat ia bisa memakai kerudung dan jaket sendiri untuk kemudian ia pun bisa
melepaskannya sendiri dan menggantungkannya di tempat gantungan yang tingginya
setara dengan tinggi anakmu. Kamu keraskan suaramu ketika mengucapkan do’a
sehari-hari sehingga lama kelamaan anakmu hafal, dan bisa berdoa tanpa
diperintah. Kamu buat jadwal harian yang konsisten tiap harinya –walau tidak
minute-by-minute- sehingga anakmu jarang tantrum (ada teori mengatakan bahwa
anak butuh rutinitas, sehingga ia merasa ‘nyaman’ dan tidak ‘kaget’ atau ‘wondering’
bagaimana ia menjalani hari-harinya. Cmiiw.)
Teknik melipat baju ala Konmari juga Kamu praktekkan untuk
baju anak-anakmu. Sehingga si Sulung bisa memilih, mengambil, mempersiapkan,
kemudian memakai bajunya sendiri setelah mandi tanpa membuat lemarinya
berantakan. Tentu saja, lemarinya memang masih gabung dengan milik mu dan
suami, tapi letaknya di laci paling bawah, sehingga anakmu mudah mengambilnya.
Belum terasa cukup bagimu. Ketika anak kedua lahir, Kamu
biasakan si Sulung untuk membantu sekedar menyiapkan peralatan mandi untuk
adiknya. Kamu juga membiasakan ia mengajak bicara dan bermain serta sayang kepada
adiknya. Alhamdulillah seiring berjalannya waktu, mereka juga kadang bertengkar
ketika rebutan mainan, dan si Sulung –MasyaAllah- sering sekali mengalah dan
kemudian kamu lihat ia memeluk dan menciumi adiknya.
Bertambah usia si Sulung, kamu ajarkan juga ia mencuci
beras. Maka lahirlah hobi baru baginya, yaitu mencuci beras. Kau ajarkan juga
ia dan adiknya mengupas bawang, wortel, jagung, memetik sayuran, dan memotong
benda lunak. Kamu juga biarkan si Sulung membuat roti coklatnya sendiri,
membuat telur orak-arik, bahkan menguleni donat. Di usianya yang belum genap 3
setengah tahun, Kamu biasakan si Sulung untuk tidur siang sendiri. Tidak
ditemani atau pun diusap-usap. Cukup ia masuk kamar tidur, dinyalakan murottal
surat yang sedang dia hapal, kemudian tidur. Ia pun sudah bisa sikat gigi
sebelum tidur dilanjutkan dengan membaca dzikir sebelum tidur (menghitungnya
sendiri) dan kamu hanya mengawasi.
MasyaAllah. Tidak disangka masalah mu di masa lampau justru
membuat anak-anak mu kini lebih mandiri. Padahal, tujuan awalnya adalah agar
mengurangi stress dan memberikan waktu lebih untukmu sekedar me time membaca,
menggambar, ataupun hanya rebahan. Tapi Alhamdulillah Allah mudahkan semua dan
justru membawa manfaat bagi anak-anakmu.
Mungkin dalam perjalanan setoran misi, banyak sekali yang
terlewat. Misi mu hanya sekedar tulisan dan foto sebagian. Tidak ada lay-out
grafik atau video speed up karya mu seperti yang Kamu kerjakan dulu di kelas
Matrikulasi. Misi mu juga kalah ‘cantik’ dari teman-teman mu yang Kamu lihat
seliweran di feeds social media mu. Tapi insyaAllah, nilai yang Kamu dapatkan
tidak berbeda. Walaupun target mu hanya satu, dan masih berproses pula. Tapi
dengan keadaanmu yang serba terbatas ini, your good enough, is more than
enough.
So keep going, Dian! Kamu yang sekarang sudah bisa memetik
buah yang Kamu tanam sejak dulu, di saat teman-teman yang lain baru memulainya.
Stay strong, Dian! Walaupun pusing dan morning sickness
menghiasi 24 jam harimu, walaupun harus terseok-seok mengerjakan tiap-tiap
misi, walaupun hanya mendapatkan badge dasar, tapi tujuan mu tetap kuat; menyerap
ilmu sebanyak-banyaknya!
From someone deep inside your heart.
Jakarta,
21 Oktober 2020.
No comments:
Post a Comment