Tantangan Zona 2 Hari ke-8
Mengajak Sholat dan Memakai Mukena Sendiri.
Hari ini Azkiya entah mengapa Alhamdulillah minta sholat
sendiri. Dari awal sekali saya tidak pernah memaksa anak-anak untuk sholat. Toh
usianya masih balita. Sedangkan perintah sholat diwajibkan untuk usia 7 tahun.
Walaupun memang persiapan untuk sholat lebih baik sejak dini.
Di awal pandemi, ketika pemerintah membatasi kegiatan
beribadah di masjid, otomatis pak suami pun sholat di rumah. Saat itu bulan
Ramadhan, dan kami berdua sholat tarawih di rumah. Melihat pemandangan Umi dan
Abi nya sholat berjama’ah, bagi mereka agak aneh. Karena selama ini, Abi nya
sholat wajib di masjid. Azkiya lalu juga
ingin ikut sholat berjamaah bersama Umi dan Abi. Disusul kemudian Aliyya pun
juga ingin bergabung. Jadilah kami sholat tarawih berjamaah berempat di rumah.
MasyaAllah.
Walaupun tidak berlangsung lama, mungkin hanya sekitar
sepekan, tapi sepertinya Azkiya menyukainya. Saya pun sering mengajaknya untuk
sholat tanpa memaksa. Kalau mau ya Alhamdulillah, kalaupun tidak ya tidak
mengapa. Karena dalam agenda saya, Azkiya insyaAllah mulai dilatih untuk
menghapal bacaan sholat ketika usianya 5 tahun. Wallahu a’lam.
Tapi Alhamdulillah malam itu ketika selesai azan isya,
selepas Abi nya pergi ke masjid Azkiya menghampiri saya yang tengah rebahan,
“Umi, kita sholat yuk!”
Mendengarnya, saya langsung bangkit dan semangat. “Yuk,
Azkiya sama Aliyya wudhu dulu ya! Ummi siapin mukena nya.”
Alhamdulillah! Allah mendengar do’a saya yang memang
belakangan bingung untuk memulai mengajarkan sholat kepada Azkiya mulai dari
mana. Mumpung Azkiya mau sholat, saya pun mulai menyiapkan strategi untuknya.
Dimulai dengan menjejerkan dua sajadah besar. Satu di
sebelah kiri agak maju sedikit untuk saya sebagai iman, satu di sebelah kanan
agak mundur untuk makmum; Azkiya dan Aliyya. Saya juga siapkan mukena keduanya
di atas sajadah sebelah kanan. Lalu mereka berdua dating dan terlihat senang
dengan layout yang sudah saya siapkan.
“Mbak bisa pakai mukena sendiri?” Tanya saya kepada Azkiya.
“Bisa dong!” jawabnya percaya diri. Melihat mbak nya bisa memakai mukena dengan
lancar, walaupun bagian rambut nya ada beberapa helai yang keluar, Aliyya pun
seolah tidak mau kalah! Ketika saya berusaha memakaikan mukena bagian kerudung,
dia menolak. Dan ingin mencoba memakainya. Yah, walaupun dia keliatan agak jengkel
karena tidak pas jahitannya di bawah dagu, akhirnya saya membantunya.
Maka kami pun sholat isya. Pada rokaat pertama saya membaca
surah al-Alaq ayat 1-5 yang mana merupakan surat terakhir yang sedang dihapal
Azkiya. Sedangkan rokaat kedua saya membaca surah al-Ikhlas. Alhamdulillah
AZkiya mengikuti prosesi sholat dengan baik. Aliyya pun begitu, tidak
kabur-kaburan seperti ketika sholat tarawih yang lalu.
Selepas sholat saya langsung istighfar, yang mana langsung
dipertanyakan oleh Azkiya. “Kok Ummi istighfar, kenapa? Kan harusnya dzikiran?”
“Iya, sehabis sholat kata Nabi Muhammad kita diharuskan baca
istighfar dulu, baru habis itu dzikir mba.” Kata saya mencoba menjelaskan.
“Lalu Azkiya mengikuti membaca istighfar, lebih dari 10
kali! Lalu saya tegur, “mbak, baca istighfar nya 3 kali aja. Mbak kira baca nya
33 kali ya kaya baca dzikir? Hehe. Kalo istighfar sehabis sholat, 3 kali aja
cukup mba.”
“Oh, gitu ya. Hehe.. Azkiya ngga tau. Kirain 33 kali juga.”
Jawabnya polos sambil cengengesan.
“Iya nggak papa, kan sambil belajar.”
Lalu ia pun menyelesaikan dzikirnya. Tidak lama mengangkat
tangannya dan berdoa dengan do’a kebaikan untuk orangtua dan doa sapu jagad.
MasyaAllah, ternyata masih hapal! Saya dibuat kagum sepanjang ini.
No comments:
Post a Comment