Zona 2 Hari 8
Menangkap Kecoa!
Iya, judulnya nggak salah kok. Menangkap kecoa!
Sebelumnya saya ingin bercerita akan ketakutan saya dengan
hewan satu ini: kecoa. Dari kecil setiap saya melihat kecoa, naluri saya
pastilah lari. Walaupun kecoa nya berada jauh dari saya, tetap saja saya merasa
takut. Dan sampai saat ini pun saya masih takut dengan kecoa.
Semenjak Azkiya lahir sampai sekarang pun, Azkiya tau kalau
saya ini takut kecoa. Kalau ada kecoa dan saya berteriak, Azkiya pasti ikut
teriak dan lari-lari sambil tertawa. Mungkin dia pikir hal ini lucu. Biasanya
pak suami yang menangkap kecoa dengan bekas gelas air mineral plastik, kemudian
dibuat keluar rumah.
Belakangan, pak suami mulai mengajari Azkiya bahwa kecoa
bukan hal yang perlu ditakuti. Panjanglah dialog antara bapak dan anak tersebut
karena Azkiya tidak berhenti bertanya ‘kenapa’. Kenapa ngga boleh takut? Kenapa
Umi takut? Kenapa ngga usah teriak atau lari? Dan banyak kenapa-kenapa lainnya.
Malam itu saya mau ke kamar mandi, tiba-tiba ada hewan
berlari kencang melewati kaki saya. Kaget, saya berteriak. “Bi.. ada kecoa!
Tolong dong..” kata saya memelas.
Bukannya pak suami yang dating menolong, tapi Azkiya lah
yang dating membawa wadah bekas air mineral sambil berkata, “mana Mi kecoanya?
Biar aku tangkap!”
Mendengar itu saya tertawa. Lucu saja. Sepanjang hidup
Azkiya, dia ikut lari ketakutan dan berteriak kalau ada kecoa. Tapi mala mini
dia bilang berani.
Dan benar saja dia menangkap kecoa itu dengan wadah plastik!
Saya sampai terkesima dengan ‘keberanian’nya. Saya banggakan dia, “Masya Allah
mbak berani banget tangkap kecoanya! Keren!” lalu kami high five dengan senyum
lebar menghiasi wajah Azkiya.
Apakah ini kemandirian? Menurut saya iya. Bahkan Azkiya bisa
menyelesaikan masalah saya daripada saya sendiri tanpa bantuan orang lain.
No comments:
Post a Comment