Tuesday, December 20, 2022

Cerita Mudik (part 2 of 3)

 Lanjut cerita mudik..


Hari Ahad.

Dini hari sekitar jam 3 am kami sampai di rumah Pakde Husen (suaminya Bude Khol, kakak ke-3 mama). Azkiya ngga tidur lagi -sampai siang!- karna sangat excited dengan suasana kampung. Kebetulan di depan rumah beliau ada saluran irigasi yang mirip sungai kecil dan ada jembatan kecil gitu. Di halamannya ada beberapa bunga dan tanaman buah (kelengkeng, buah naga, jambu). Rumah Pakde Husen juga luuaaas banget masyaallah dan somehow mengundang banget anak-anak buat lari-larian hehe (saking luasnya). Selain itu Pakde Husen juga langsung ngeluarin skuter punya cucu beliau (anaknya sepupuku). Jadilah Azkiya dan Aliyya main skuter sampai agak siang. Sempet ada drama rebutan, tapi akhirnya dipakai alarm biar bisa ganti-gantian (secara adil).


Suami tepaar wk. Padahal aku yang full begadang sambil gendong dan berdiri di bis sekitar 1/3 perjalanan udah sempoyongan juga pas sampai. Apalagi anak-anak-anak ngga langsung tidur. Akhirnya atas izin Allah aku kuat juga nemenin mereka sampai waktu syuruq dan gantian aku yang tepaaaar bareng baby.


Eh tapi sebelum aku akhirnya tidur, sempet keliling sama mama ke tetangga-tetangga yang masih saudara juga (kebanyakan sepupu dari kakanya mama) dan ada beberapa yang bercadar juga. Wah, aku kok seneng :) Usut punya usut ternyata mushollah yang hampir nempel sama rumah Pakde Husen sering dipakai kajian rutin sepekan sekali. Masyaallah. Padahal mushollahnya terbilang kecil. Aku juga ketemu beberapa keponakan yang seumuran sama aku (anaknya sepupu itu keponakan bukan ya?) yang langsung teringat masa kecilku di kampung ini; main kejar-kejaran, sepeda, ngerujak hasil metik sendiri, bukber dirumah bude sana sini, ke sawah, ke empang, dll. Ah, time flies.


Anyway.


Hari pertama kami memutuskan untuk rehat dulu. Besoknya baru akan ke gualele, lokasi tanah mamah yang dihibahkan untuk anak-anaknya. Untuk apa? Stay tuned ya..


Hari Senin.

Kami ke Gualele naik becak. Tiga becak tepatnya. Padahal udah ditawarin mobil sama sepupu, tapi for the sake of memori anak-anak yang belom pernah ngerasain naik becak, jadilah kami naik becak bertujuh dibagi 3. Aku sama Azkiya dan Afiya. Abinya sama Aliyya. Uti sama Kakung. 


Sepanjang perjalanan tuh adeeeem. Both udaranya dan suasananya. Everything seems slow. Bener-bener berasa slow living nya. Ngga keburu-buru kaya di Jakarta :’)


Azkiya lihat petani dan banyak bertanya kenapa pada ngga pakai sandal, atau kok ada petani yang perempuan. Hehe. Kami juga melewati TK dan sekolah SD. Ada juga ternyata minimart (agak mirip *lfamart). Sudah banyak juga rumah di pinggir jalan walaupun masih dikelilingi sawah. Masyaallah, kampung ini udah banyak berubah. Terakhir yang kuingat jalanannya masih tanah bebatuan, sekarang sudah aspal. Dulu rumah pun masih berjauhan dan jarang, sekarang sudah agak ramai.


Sampai di rumah Bude Umi (kakak ke-4 mama), lagi-lagi anak-anak excited karena selain depan rumahnya sawah, samping rumahnya ada kandang ayam dan empang. Rumahnya juga luaaas masyaallah. Disini kami menginap 2 malam sampai hari Rabu.


Setelah seharian melihat-lihat halaman belakang yang isinya empang dan kandang ayam (yang dikelilingi kebon). Sorenya kami berkunjung ke TPQ yang dibangun diatas tanah yang diwaqafkan oleh mama. Beliau cerita, tanahnya sudah diwaqofkan sudah lamaaa tapi baru dibangun ketika ada sekelompok anak KKN yang bertugas di kampung Gualele dan atas izin Allah ‘proyek’ TPQ berjalan kilat dan jalanan ikut diaspal. Masyaallah.


Azkiya dan Aliyya ikut ‘ngaji’ di TPQ. Azkiya dites hafalannya sama ustadzah. Aku di luar aja sambil sesekali mengintip ke dalam. Alhamdulillah kelihatannya Azkiya dan Aliyya bisa membaur. Kata mama, tahfidz qurannya pakai metode Umi. 


Selesai dari TPQ aku iseng tanya sama Azkiya, gimana tadi di dalam? Katanya dia dites ngajinya sama ustadzahnya bertiga (sama anak-anak lain), dan mereka ngajinya bagus. Hehe. Dia juga bilang alhamdulillah lancar. Aliyya juga katanya dites surat al-Lahab dan lancar. Alhamdulillah Aliyya juga udah mulai berani.


Disini juga Azkiya dapat teman, namanya Haikal yang sudah kelas 5 SD. Dia anak sepupuku. Sedangkan Aliyya juga dapat teman, namanya Azzura, adiknya Haikal. Usianya sama dengan Aliyya.


Oh ya, persis di depan TPQ inilah tanah mama yang dihibahkan kepada keempat anaknya (including me). Mas kikit alhamdulillah lagi proses pembangunan pondasi. Ini juga jadi salah satu alasan kami mudik, sebagai ‘delegasi’ pembangunan rumah mas Kit. Hehe. Aku sekeluarga sih cuma nemenin, mama bapak yang lebih memantau perkembangan pembangunannya. Ya karna bapak yang buat rancangan bangunannya dan paham betul seluk beluk pembangunan rumah dan tanah (beliau orang teknik sipil).


Malamnya jujur aku tepar lagi hehe. Sedangkan Azkiya dan Aliyya ditemani abinya keluar mencari kunang-kunang. Aku samar kedengeran mereka excited banget karna akhirnya dapat satu kunang-kunang dan Azkiya langsung baca bukunya yang tentang serangga.


Hari Selasa.

Besoknya kami berjalan ke sawah nya bude Umi yang ternyata -bagi kami orang Jakarta- terasa agak jauh. Setelah agak lama berjalan kaki sampai ke jalan yang biasa dilewati truk pengangkut pasir, akhirnya kami sampai. Selain ditanam padi, bude Umi juga menanam jambu kristal. 


Untuk mencapai ke kebun jambu kristal, kami harus melewati jalan setapak di tengah sawah. Syukurnya sawahnya sudah dipanen, jadi jalannya sudah ngga gitu becek walaupun masih agak lunak. Ini jadi seperti outbond gitu buat anak-anak, hehe. Alhamdulillah. 


Sepulangnya dari sawah, kami mampir ke kandang bebek yang isinya masyaallah mungkin ada kurang lebih seribuan bebek. 


Kami juga mampir ke kebun bude Umi yang lain yang ditanami buah durian. Masyaallah.


(bersambung)


No comments:

Post a Comment

Ujian (sekolah)

  Link download ada di bawah Salah satu mapel yang memang agak runyam -buat anak kelas 1 SD, dan terkhusus Azkiya- adalah PAM (Pendidikan An...