Thursday, March 25, 2021

Pantulan Warna Zona 7

 Alhamdulillah zona 7 terlewati walau cuma setor 10 dan rapelan, tapi insyaAllah ilmu yg didapat melimpah. Alhamdulillah juga Allah kasih di rumah anak-anak perempuan semua (saat ini), jadi bisa sekaligus ngajarinnya. Fokus ke kakaknya, dedek tinggal ngikutin aja (mencontoh). 


Yang ditekankan bgt saat ini di usianya yg mau 5 thn kalo sy pribadi adalah rasa malu. Minimal keluar kamar mandi selalu tertutup (handuk). Pakai baju di dalam kamar, dan kamar ditutup. Walaupun di dalam rumah saya bolehkan 'cantik-cantik' (dandan, baju dress, segala kuncir+jepit+bando dll), tetap kalo keluar rumah syarat nya lepas itu semua dan pakai kerudung, karna malu (auratnya terlihat). Selain alasan syar'i, alasan logisnya juga dijelaskan (kenapa perempuan memakai baju tertutup dan tidak perlihatkan lekuk tubuh, tidak memakai wewangian klo keluar rumah, dll). Tidak boleh menyentuh kemaluan (sy nyebutnya kemaluan '_') tanpa keperluan (istinja) karna itu adalah tempat yg 'kotor' (tempat keluarnya najis/pipis), dan tidak boleh ada orang lain yg menyentuh badan kakak/adik apalagi di daerah kemaluan. Kalo ada yg berani, kakak/adik harus teriak dan lapor Umi Abi. 


Alhamdulillah ala kulli hal si kakak udh bisa tidur pisah ranjang+ngga ditemenin, jadi dia udh bisa menidurkan diri sendiri. Pelan-pelan mau dipisah juga kamarnya, karna saat ini memang ruangan untuk kamar terbatas.


Alhamdulillah sudah belajar juga perbedaan mendasar antara laki-laki dan perempuan, terutama masalah sholat+aurat. Kenapa abinya sholat di masjid sedangkan uminya di rumah. Kenapa abinya ga pake kerudung sedangkan uminya 'rapet' kalo keluar rumah. Kenapa perempuan ngga boleh bepergian sendirian, sedangkan lelaki boleh. Dll. Semua sy coba jelaskan alasan syar'i dan logisnya. Ini mengingat dulu sekali saya cukup kritis masalah perbedaan gender dan tiap kali tanya ortu, dijawabnya hanya alasan "sami'na wa atho'na" tidak dijelaskan alasannya, sehingga di usia teenager saya sempat mengikuti aliran feminist (karna merasa Islam tidak memperlakukan wanita secara adil, astaghfirullah :'( ) walaupun Allah akhirnya 'menegur' dan Alhamdulillah dikembalikan lg ke jalan yg benar. 

Wednesday, March 17, 2021

Zona 7 Day 10 (Parade Live 5)

Pentingnya Aqil Baligh secara Bersamaan

Aqil berasal dari bahasa Arab (aqola, berakal, cerdik, pandai) yaitu kesiapan, kedewasaan, emosional, rasional, finansial. Sempurna akalnya, mengetahui baik dan buruk, manfaat/mudhorot.

Baligh berasal dari bahasa Arab (balagho, sampai), kondisi dimana seseorang sudah mencapai usiatertentu, dan dianggap sudahdewasa, atau sudah mengalami perubahan biologis yang merupakan tanda-tanda kedewasaannya.

Seorang anak yang Aqil-Baligh yaitu seorang anak yang sedang mengalami pubertas.

Menurut mazhab syafii, aqil baligh pada usia 15 tahun.

Tanda baligh untuk laki-laki adalah mimpi basah, untuk anak perempuan adalah haid.

Pentingnya aqil sebelum baligh:

1.       1. Kematanganfisik saat baligh melahirkan nafsu, maka diperlukan aqil untuk mengendalikannya

2.       2. Untuk mempersiapkan diri agar mampu mengemban amanah khalifah untuk untuk menjalankan visi hidup spesifik di bumi dibutuhkan keselarasan antara kematangan fisik dan akal, mental serta spiritual.

3.       3. Setiap diri memahami hal dan kewajiban sebagai hamba Allah, sebagai anggota keluarga dan masyarakat

4.       4. Agar setiap diri siap memikul beban kehidupan seutuhnya seperti definisi mukallaf itu sendiri

 

Zona 7 Day 9 (Parade Live 4)

 

Peran Ayah dalam Pengasuhan untuk Pendidikan Seksualitas

Peran ayah sangat penting dan memiliki pengaruh besar dalam pendidikan anak. Menurut data dari Centers for Disease Control and Prevention 85% dari anak-anak yang menunjukkan penyimpangan perilaku berasal dari rumah yang tidak ada sosok ayah di dalamnya.

Indonesia sendiri termasuk dalam fatherless country (urutan ke-3 setelah Amerika), dimana ayah kurang berperan dalam pengasuhan anak. Penyebabnya: 1) Sibuk bekerja, 2)Ayah kerja di luar kota (LDM), 3)Ayah sudah tiada (cerai atau meninggal).

Anak perempuan, khususnya,  melihat contoh atau teladan mengenai bagaimana sosok laki-laki yang baik dari ayahnya.

Monday, March 15, 2021

Zona 7 Day 8 (Parade Live 3)

 Insight Live FB 10 Maret 2021 – Topik 3 Peran Orangtua dalam Membangkitkan Fitrah Seksualitas (Kelompok 12)

Apa itu Fitrah?

Menurut Harry Santosa, Fitrah merupakan kata dari bahasa Arab yang artinya perangai, tabiat, dll. “Fitrah adalah apa yang menjadi kejadian atau bawaan manusia sejak lahir. Pengertian fitrah secara sistematik berhubungan dengan hal penciptaan (bawaan) sesuatu sebagai bagian dari potensi yang dimiliki.” Fitah menurut beliau dibagi menjadi 8, salah satunya fitrah seksualitas.

Disebutkan juga satu hadits riwayat Bukhari dan Muslim yang artinya, “Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani”. Disini jelas sekali pengertian dari kata fitrah, yaitu kebalikannya dari Yahudi, Nasrani, atau majusi, yaitu Islam atau ketauhidan (meng-esa-an Allah).

Disebutkan juga peran ayah dan ibu masing-masing dalam membangkitkan fitrah seksualitas anak, dengan harapan dapat terus terjaga fitrahnya hingga dewasa, anak perempuan bersikap layaknya seperti perempuan dan sebaliknya laki-laki bersikap layaknya laki-laki.

Pada tahapan usia 0-2 tahun anak didekatkan kepada ibunya, karena jelas bayi bergantung kepada ASI.

Usia 3-6 tahun didekatkan dengan ayah dan ibunya dengan seimbang dan diharapkan bisa membedakan antara laki-laki dan perempuan.

Untuk anak usia 7-10 anak-anak diharapkan sudah dapat menutup aurat dengan sempurna (usia menjelang baligh). Anak lelaki didekatkan pada ayahnya sedangkan anak perempuan didekatkan dengan ibunya.

Zona 7 Day 7 (Parade Live 2)

 

Insight Live FB 9 Maret 2021 – Topik 2 Pendidikan Seksualitas Sejak Dini  (kelompok 7)

Setelah menonton live FB mengenai pendidikan seksualitas sejak dini, ada hal yang menyangkut dalam pikiran saya. Ialah tidur terpisah dengan orang tua. Mengapa? Karena saya sudah duluan menuliskan mengenai hal tersebut dan Alhamdulillah berhasil dilakukan kepada anak saya yang pertama (Azkiya). Walaupun memang penjelasannya tidak sedetail pada materi live.

Namun memang benar, banyak sekali faidah yang didapatkan dari memisahkan tidur anak-anak dengan orang tua. Selain mengajarkan anak mengenai privasi (bagian tubuh yang boleh/tidak boleh dilihat), anak juga belajar adab memasuki kamar orang lain. Bagaimana ia harus meminta izin terlebih dahulu ketika akan memasuki kamar orang tuanya. Namun ada juga hal penting dalam hal ini, yaitu menghindari anak-anak yang satu gender (adik-kakak sama-sama perempuan) tidur dalam satu selimut.

Apa bahayanya? Yaitu anak-anak dapat menjurus pada penyimpangan seksual dari sejak kecil. Anak perempuan menjadi lebih ‘nyaman’ dan suka dengan perempuan, begitupun sebaliknya. Naudzubillah.

Usia berapa anak diperintahkan untuk dipisahkan kamarnya?

Dalam sebuah hadits riwayat Abu Daud, artinya “Rosulullah saw bersabda, ‘Perintahkanlah anak-anak kalian untuk salat ketika mereka umur tujuh tahun, dan pukullah jika mereka telah berumur sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka.’” Dijelaskan bahwa anak sudah harus pisah tidurnya dari orang tua (dan sesama saudaranya) ketika memasuki usia tamyiz, karena disandangkan dengan perintah memukul anak apabila tidak sholat. Namun, tetap saja tidak bisa anak-anak dipisahkan tidurnya secara paksa, harus ada proses. Yang saya lakukan kepada anak pertama saya adalah ini.

Ada juga pertanyaan yang agak menggelitik, yaitu apakah pekerjaan rumah (menyapu, mencuci, beres-beres, dll) hanya diperkenalkan untuk anak perempuan saja dan tidak untuk anak lelaki? Pertanyaan ini muncul karena salah satu pembicara mengatakan untuk ibu sebaiknya memberikan contoh pekerjaan rumah kepada anak perempuannya, agar ia tau bahwa itu adalah ‘tugas’ perempuan.

Cukup menggelitik karena setelah itu dijawab pula bahwa tidak demikian. Bahwa pekerjaan rumah pun harus diperkenalkan kepada anak laki-laki, dengan berbagai alas an. Sayangnya, ia tidak menyebut bahwa Rosulullah pun dahulu mengerjakan pekerjaan rumah dan menjadi layaknya seorang suami biasa (membantu pekerjaan istri) ketika berada di rumah. Selayaknya kita sebagai muslim mencontoh apa yang dilakukan Rasulullah, wallahu a’lam.

Monday, March 8, 2021

Zona 7 Day 6 (Parade Live 1)

 Bismillah.

Parade live kemarin menjelaskan perbedaan dasar antara gender dan seksualitas. Bagaimana 'bahaya' nya bingung gender. Bagaimana jika anak laki-laki bertingkah seperti perempuan dan sebaliknya. Nauzubillah.

Lalu saya berpikir, bagaimana Al-Qur'an menjelaskan perbedaan seksualitas tersebut?

Satu ayat yang langsung muncul di otak saya adalah penggalan: 

فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَىٰ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَىٰ 

yaitu ketika istri Imron melahirkan Maryam. (QS Ali Imron :36)

Jelas sekali Allah menekankan bahwa laki-laki dan perempuan tidak sama. Semuanya berbeda. Secara fisik dan psikologi berbeda. Kebutuhannya berbeda. Hak dan kewajibannya berbeda. Bahkan dalam pembagian warisan pun berbeda.

Dulu ketika duduk di bangku aliyah saya pernah bertanya mengapa laki-laki 'dijatah' dua kali lipat dari perempuan dalam pembagian warisan. Dan sungguh banyak sekali hikmah. Tidak akan cukup bila saya menuliskan nya disini.

Maka sungguh jika kita kembali mencari ilmu yang bersumber dari Islam, kita tidak akan pernah tersesat. Karena Islam adalah sempurna. Dan sebagai muslim kita harus tunduk dan patuh kepada hukum Islam apabila kita beriman. Sami'na wa atho'na. Bukankan begitu?

Tapi di Islam tidak saya temukan tuh tentang pendidikan/perbedaan gender dan semisalnya? Subhanallah. 

Sudahkah kita menamatkan Tafsir Ibmu Katsir? Penjabaran tafsir Qur'an yang paling sering dirujuk kaum muslimin? Mungkin bukan nya tidak ada, tapi ilmu kita yang masih sangat minim, keingintahuan kita yang kurang, serta wawasan keislaman kita yang sempit. Sehingga ketika ada permasalahan kontemporer, yang kita cari adalah jurnal dan sumber yang berasal dari barat, padahal jika kita mau telisik lagi Al-Quran sudah membahasnya dari 14 abad yang lalu.

Begitu, lalu apakan tidak boleh mengambil ilmu dari barat?

Ya boleh saja. Asalkan kita bisa memfilter mana yang dibolehkan oleh syariat, dan mana yang tidak boleh. Terus bagaimana caranya bisa mengetahui mana yang boleh dan tidak boleh? Ya dengan belajar ilmu-ilmu Islam, seperti ilmu fiqih, fiqih, ilmu tafsir, ilmu hadits, dan yang paling penting dan mendasar adalah ilmu tauhid. Sudahkah kita mempelajarinya?

Zona 7 Day 5

 Bismillah.

Mengenakan kerudung sejak bayi.

Alhamdulillah Allah mengaruniakan saya dua anak perempuan (dan satu lagi dalam 'perjalanan'). Keduanya saya mulai pakaikan kerudung sejak bayi tiap kali keluar rumah. Sehingga ketika ia mulai bisa berbicara dan meminta ikut pergi keluar rumah, maka saya syaratkan: Ambil dan pakai kerudungnya dulu ya..

Children see children do. Apa yang dilihat anak, akan diikutinya. Saya pun begitu. Setiap kali saya akan keluar rumah, saya mengenakan kerudung (lengkap dengan gamis/kaos kaki dan cadar apabila keluar jauh). Apabila ada tamu yang mengetuk pintu, saya memakai kerudung terlebih dahulu sebelum membuka pintu. Bila ada non mahrom di rumah, saya pun mengenakan kerudung. Untuk video call dengan kakek/neneknya pun saya mengenakan kerudung. Sehingga pembiasaan tersebut menjadikan kerudung (dan cadar) bukan hal yang asing bagi anak.

Saya pun memasang gantungan baju yang ditempelkan pada meja dengan tinggi yang sejajar dengan mata anak. Sehingga ia dapat menggantungkannya kembali kerudungnya (dan jaket) setelah pulang bepergian. Kebiasaan tersebut alhamdulillah awet hingga sekarang. Setiap kali pulang dari bepergian, anak-anak sudah tahu dimana ia harus meletakkan kembali kerudung dan jaketnya. Hal tersebut melatih anak-anak untuk mengembalikan barang pada tempatnya dan menjadikan kerudung dan jaket untuk bepergian hal yang lumrah untuknya. MasyaAllah tabarokallah.

Apa tujuannya?

Hal ini  merupakan pendidikan seksual dasar bagi anak. Bahwa perempuan diwajibkan menutupi seluruh tubuhnya kecuali telapak tangan dan wajah di luar rumah dan di hadapan non mahram. Jadi walaupun anak 'gerah' ia sudah terbiasa mengingat ia melihat Umi nya pun seperti itu. Jadi tidak hanya di luar rumah saja, ketika ada tamu (non mahram) di rumah, perempuan pun wajib menutup auratnya. Dan bahwa laki-laki dan perempuan auratnya berbeda. Sehingga laki-laki tidak diwajibkan mengenakan kerudung. Wallahu a'lam.

Zona 7 Day 4

 Bismillah.

"Kenapa kok perempuan nggak sholat di masjid?" 

Pertanyaan tersebut sering kali dilontarkan Azkiya ketika usianya menginjak 3,5 tahun. Setiap kali Abi nya berangkat sholat fardu ke masjid (Abi nya bekerja dari rumah, sehingga ia melihat Abi nya berangkat sholat setidaknya 4 kali sehari) pasti pertanyaan itu muncul. Dan saya harus menjelaskannnya lagi. Lagi. Dan lagi.

Lalu, mengapa kaum perempuan sholat nya di rumah? Ini bisa jadi salah satu pendidikan seksual bagi anak, yaitu perbedaan kewajiban laki-laki dan perempuan dalam sholat.

Saya mencoba menjelaskan bahwa Allah menciptakan laki-laki dan perempuan berbeda. Kebutuhannya berbeda. Kewajiban dan haknya yang berbeda. Dan tentu saja penampilan fisiknya yang berbeda.Saya jelaskan bahwa khusus laki-laki, diharuskan sholat di masjid walaupun orang tersebut buta (dalam suatu riwayat seorang buta bertanya mengenai sholat di masjid dan ia dijatuhi kewajiban sholat di masjid karena masih dapat mendengar azan). Sedangkan untuk perempuan, Allah sayang sekali dengan kaum perempuan sehingga tidak diwajibkan sholat di masjid. Dan tempat yang paling tersembunyi di dalam rumahnya adalah sebaik-baik tempat untuk perempuan sholat.

Kenapa?

Karena kebutuhan dan kewajibannya berbeda. Laki-laki diharuskan mencari nafkah, bekerja keras untuk membiayai keluarganya, bertanggung jawab di dunia dan di akhirat. Sedangkan perempuan tidak wajib mencari nafkah. Allah sayang kaum perempuan, dan Maha Mengetahui bahwa perempuan tidak sekuat laki-laki. Perempuan diberi keringanan untuk tidak keluar rumah untuk sholat, karena ketika perempuan keluar rumah, maka syaithan mengikutinya (di titik ini Azkiya mulai tidak paham) menghiasinya, dan menjadikannya fitnah. Maka saya jelaskan alasan yang lebih sederhana. Seperti, perempuan banyak sekali urusannya di rumah seperti memasak, membereskaan rumah, mencuci piring/pakaian, sehingga Allah mempermudah perempuan untuk tidak perlu capek-capek dan repot (karna harus menutup aurat lengkap), dan membolehkan sholat di rumah. Karena sebaik-baik tempat perempuan adalah di rumah nya. Bukannya hal itu meringankan?

Tapi jika seorang perempuan ingin sholat di masjid, tidak boleh dilarang. Hal itu dibolehkan, tentu dengan beberapa syarat. Seperti bisa menghindari fitnah, dan tidak keluar rumah dengan berlenggak-lenggok, menggunakan parfum, atau berdandan berlebihan. Namun tetap saja, sholat di rumah bagi perempuan merupakan yang terbaik baginya.

Setelah dijelaskan panjang lebar, dan berkali-kali (setiap Abinya pamit berangkat sholat fardu di masjid), Azkiya mulai paham dan justru sering berkata; "laki-laki sholatnya di masjid, kalo perempuan kata Allah di rumah ya mi?". MasyaAllah walhamdulillah.


Zona 7 Day 3

 Bismillah.

Tidur pisah ranjang.

Alhamdulillah mulai dari usia 3 tahun Azkiya sudah bisa tidur siang di kamar sendiri. Padahal semenjak bayi dia harus sekali ada sentuhan fisik ketika akan tidur. Entah dielus-elus kepalanya, punggungnya, atau ditepuk-tepuk paha nya sampai dia tertidur pulas. Perlahan-lahan sambil dijelaskan bahwa Azkiya semakin bertambah usianya suatu saat nanti akan tidur sendiri, di kamar sendiri, terpisah dari kamar Umi-Abi. Dan untuk merealisasikannya, butuh proses.

Awalnya, (untuk tidur siang) saya membujuk agar Azkiya tidur tanpa diusap-usap. Cukup ditemani saja sambil tiduran di sampingnya (dan kebiasannya adalah tidur sambil memutar murottal surah yg sedang dihafalkan sebagai white noise). Alhamdulillah perlahan-lahan Azkiya bisa tidur sendiri tanpa adanya sentuhan fisik. Hanya ditemani. Setelah agak lama, saya mencoba meninggalkannya yang sudah pulas di kasur dan melakukan aktivitas domestik lainnya atau mengurus adiknya yang saat itu masih bayi.

Setelah mampu tidur tanpa diusap-usap, challenge nya pun meningkat. Kali ini saya mencoba tidak ikut tiduran di sampingnya, melainkan duduk di pinggir kasur sambil melakukan aktivitas ringan seperti melipat pakaian, membereskan kamar, baca buku, atau menggendong/memangku adiknya. Awalnya ia berkali-kali mengintip untuk melihat apa yang sedang saya kerjakan. Namun setelah berkali-kali ditegur, alhamdulillah pulas juga. Tahapan ini berlangsung berhari-hari.

Naik tantangan, ketika usianya menginjak 3 tahun lebih, saya mengajaknya untuk tidur siang di kamar, sendirian. Saya persiapkan kasurnya, tuck her in, memeluknya, mengajaknya membaca doa sebelum tidur, kemudian meninggalkannya di kamar sambil memutar murottal. Saya jelaskan pada Azkiya bahwa saya akan melakukan kegiatan domestik seperti mencuci piring, membereskan rumah, dan lainnya sementara ia tidur. Saya harus mengecek (mengintip ke dalam kamar) setiap 5-10 menit sekali untuk memastikan ia tidur. Awalnya memang ia masih bermain-main dengan bantal, selimut, atau boneka. Tapi setelah saya ingatkan (berkali-kali) alhamdulillah bi-idznillah ia pulas juga.

Hal ini berlangsung sampai usia nya menginjak 3,5 tahun. Alhamdulillah bi idznillah Azkiya bisa tidur siang sendiri. Bagaimana dengan tidur malam?

Qodarullah di rumah kami terdapat dua kamar. Satu kamar dialihfungsikan menjadi workshop Abi nya. Jadi hanya ada satu kamar untuk tidur. Namun, alhamdulillah Allah mampukan kami untuk membelikan ranjang tingkat ala anak pondok khusus untuk Azkiya sebagai amunisi dalam mempersiapkannya untuk tidur sendiri, tidak bersama Umi-Abi lagi.

Apa tujuannya?

Ketika anak memasuki usia tamyiz, kamar tidur anak (dianjurkan) sebaiknya dipisah. Dan ketika ingin memasuki kamar orang tua haruslah meminta izin terlebih dahulu. Maka sebagai bentuk ikhtiar kami mempersiapkan Azkiya agar lebih mandiri, dibuatlah kondisi kamar yang terpisah ranjang walau dalam satu kamar. Ke depannya kami akan menyekat satu ruangan dan menjadikannya kamar (sementara) untuk Azkiya.

Alhamdulillah di usianya yang belum genap 5 tahun, Azkiya sudah bisa tidur siang sendiri. Ia tahu nap-time routine nya, kapan ia harus tidur siang dan ia membereskan ranjangnya, membaca doa, meminta untuk diputarkan murottal, kemudian tidur. MasyaAllah. 

Mungkin terlihat tidak seberapa, namun bagi kami ini adalah salah satu ikhrtiar untuk menanamkan pendidikan seks dimana anak tidur terpisah dari orang tuanya (ketika usiaa tamyiz) sehingga tidak bercampur antara terlihatnya aurat pribadi orang tuanya dan anak-anaknya kelak. Wallahu a'lam.

Thursday, March 4, 2021

Zona 7 Day 2

 Bismillah. Alhamdulillah hari ini memasuki pekan ke-2 Azkiya belajar tata cara wudhu, dilanjutkan dengan mengikuti saya sholat Maghrib. Ya, hanya sholat maghrib. Usianya masih 2 bulan lagi menuju 5 tahun, jadi harus pelan-pelan dan tidak menggegas. Tujuan utamanya adalah perkenalan dan pembiasaan.

Anak-anak sudah saya siapkan amunisi dari jauh-jauh hari (mungkin sekitar setahun yg lalu, atau bahkan lebih) yaitu sepasang mukena cantik berwarna pink lengkap dengan sajadahnya yg bisa dijadikan tas jinjing. MasyaAllah. Sebelum pekan ini, anak-anak sudah sering 'iseng' ikutan sholat. Saya membiarkan. Kadang mengajak, tapi tidak pernah menyuruh. Biar mereka tau adab-adab ketika orang lain sholat terlebih dahulu, baru mulai belajar sholat (tidak menginjak sajadah, bersuara pelan, tidak mengganggu dll).

Disini saya menekankan batas aurat wanita ketika sholat, yang jauh berbeda dari laki-laki. Perempuan diharuskan menutup seluruh tubuhnya kecuali wajah (dan telapak tangan) apabila melaksanakan sholat. Suara pun harus dipelankan (tidak jahr), walaupun dalam latihannya saya mengeraskan suara sedikit agar bisa terdengar anak-anak apa yg saya baca. 

Apa harus mengenakan mukena? Tidak juga. Asalkan menutupi batas aurat, gamis atau kerudung pun boleh dipakai dengan syarat harus suci. Bagaimana dengan cadar? Harus dilepas ketika sholat, kecuali ketika kita terpaksa sholat di tempat yang mudah terlihat lelaki ajnaby, dan sangat mudah timbul fitnah, atau dalam kondisi darurat covid seperti sekarang ini maka cadar (atau dalam hal ini masker) boleh digunakan.

Alhamdulillah alaa kulli haal, atas izin Allah Azkiya sedikit demi sedikit mulai paham, kenapa perempuan harus pakai 'mukena' sedangkan Abinya tidak. Kenapa Abinya harus sholat wajib di masjid, sedangkan dirinya (perempuan), tidak. 

Wednesday, March 3, 2021

Zona 7 Day 1

 Bismillah. Memulai hari pertama pendidikan seksualitas pada anak usia dini.


Alhamdulillah Allah karuniai saya dengan 2 anak perempuan (satu gender). Maka apa yang harus saya lakukan agar menjaga fitrah seksualitasnya? 


Pertama adalah dengan menjelaskan batas auratnya sebagai seorang muslimah. Mana aurat yang boleh ditampakkan ketika di rumah saja dan di depan mahram dan mana aurat yg harus ditutup di luar rumah dan di hadapan non mahram. Karna bahkan Aliyya yg usianya belum genap 2,5 tahun sudah seirng bertanya, kenapa ummi pakai kerudung padahal di dalam rumah? 


Setelah mengetahui batas auratnya, saya juga berusaha memelihara fitrah perempuannya yang senang dengan keindahan; berdandan. Saya tidak melarang anak-anak mengenakan aneka jepit rambut, kunciran, bedak bahkan makeup. Semua boleh (kecuali yang tidak boleh), karna saya pun melakukannya (berdandan dan berhias) namun yang harus ditekankan adalah; di depan siapa saja perempuan boleh berhias. Alhamdulillah anak-anak pun paham bahwa berdandan boleh saja asalkan tetap di dalam rumah, dan ketika ingin keluar rumah maka semuanya harus dilepas dan harus mengenakan kerudung agar auratnya tertutup (walaupun tidak sempurna).


Tuesday, March 2, 2021

Azkiya dan IXL

 Hari ini, well tepatnya kemarin siang sih, Azkiya daftar jadi member IXL level Kindergarten pelajaran Math only. Sehari dua hari sebelumnya dia saya ikutkan free trial nya. Tidak disangka, ternyata dia suka!

Awalnya saya kira dia tidak terlalu suka berhitung atau matematika secara umum. Ternyata saya salah. Mungkin cara saya mengajar mtk kurang menarik baginya. Tapi walaupun begitu, alhamdulillah saya masih bisa mengantarnya belajar baca+tulis dan dasar berhitung.

Karna masih baru, dia excited sekali. Entah karna diizinkan 'bermain' komputer, berhitung digital, mengetik dengan keyboard, menggerakkan dan meng-klik mouse, apapun itu dia senang sekali. Alhamdulillah. Setidaknya saya tidak harus pusing memikirkan pelajaran berhitung untuknya. InsyaAllah saya akan lebih fokus lagi mengajar diniyah dan qur'an nya.

Aliyya masih belajar angka 1-3. Terkadang dia ingat, kadang juga lupa. Tapi usia ya saat ini memang belum seharusnya bermain dengan worksheet. Jadi mungkin besok kami akan hands on menjahit angka dan bermain flashcard saja biar dia ada kegiatan.

Ujian (sekolah)

  Link download ada di bawah Salah satu mapel yang memang agak runyam -buat anak kelas 1 SD, dan terkhusus Azkiya- adalah PAM (Pendidikan An...