Pages

Saturday, May 21, 2022

Kartu Mufrodat (link download ada di bawah)

Bismillah. 





Postingan ini ditulis malam Ahad baru banget balik dari rumah mertua, hehe. Anak-anak langsung tepar di mobil. Alhamdulillah me time buat mamak :))


—postingan ini mengandung nostalgia, mungkin akan sedikit annoying karna agak panjang but anyway—


Kartu mufrodat ini aslinya udah dicetak dan dipotong dari lama kali. Ditempel nyicil-nyicil karna pakai lakban dan breisik banget suara krekek-krekek lakbannyaaa bisa bangunin si bayi kalo nempelinnya malam. Sedangkan kalo pasangnya siang, yang ada lakbannya diemut sama bayi hehe.


Mau sekalian cerita dibalik pembuatan kartu ini, tertunda terus untuk upload di drive qodarullah.


Jadi, ini bermula belasan tahun lalu (tuaaaa) saat saya masih anak baru di pondok. Ponpes saya ini bukan manhaj salaf qodarullah, tapi insyaallah tetap banyak yang bisa diambil hikmahnya. Gapapa. Salah satunya dalam hal bahasa.


Dari awal saya mondok, entah kenapa udah amat sangat tertarik dengan bagian bahasa. Jadi di pondok ketika kita semester 2 kelas 5 (kelas 11) kita akan dijadikan anggota OSDN (alias OSIS nya gtu). Ada ketua-wakil, sekretraris, dst sampai bagian olahraga, kebersihan, keamanan, dan favorit saya adalah bagian bahasa alias Qismul Lughoh or CLI (Central Language Improvement, keren banget ga tuh haha). 


Peraturan umumnya adalah wajib berbahasa Arab-English (but mostly Arab sih ya) dalam kehidupan keseharian di pondok. Ada yang pernah nonton film negri 5 menara? Ya kira-kira seperti itulah. Walaupun pada kenyataannya tidak seketat itu. Masih banyak yang berbahasa Indonesia atau bahkan lu-gue (ini termasuk pelanggaran berat loh btw). Yang ‘bandel’ malah cuma berbahasa Arab ketika ada anggota Qismul Lughoh yang lagi lewat. Pas dia pergi yodah berbahasa Indonesia lagi. Ya gitulah namanya juga abg, hehe..


Saat itu saya paling senang saat malam bada isya waktunya pembagian mufrodat. Kakak-kakak Lughoh membagikan 2-3 kata berbahasa Arab-Inggris untuk kita hafalkan. Saya yang masih kelas 1 (kelas 7) semangat sekali kalo udah waktunya ‘mufrodat’. Misal yang dibagikan adalah tema buah, maka kita akan berteriak mengikuti kakak lughoh: MAUZUN - BANANA!! berkali-kali. Kira-kira begitu sampai kita hafal.


Dan salah satu triknya juga dengan menempel mufrodat atau vocab tersebut pada tempat-tempat khusus. Misal pada pintu ruangan bagian keamanan : Qismul Amni. Atau signage (papan petunjuk) yang ada di sekitaran juga pakai bahasa Arab-Inggris, misal ‘hammam - bathroom’ dengan panah menunjuk ke kanan/kiri.


Selain itu, yang membuat kami bi idznillah familiar dengan bahasa Arab adalah dengan praktek. Sering dengar kan quotes ‘practice makes perfect’? Well it does, tentunya dengan izin Allah.


Walaupun nggak seindah bahasa Arab formal, bahasa kita tuh kebanyakan ‘idzaa kaana’ wkwkwk tapi ya gapapa yang penting pede prakteknya. Selain karna diwajibkan, juga banyak jasus* yang kadang bikin kita was-was. Jadi mau ga mau praktek juga kan ya.


Tapi memang benar adanya loh tentang praktek berbahasa ini. Oke sekarang masuk ke ranah lebih privat ya. Ini pengalaman pribadi. Tapi bisa diambil hikmahnya insyaallah.


Bahasa yang dipraktekkan terus menerus dan intens akan lebih mudah ‘nyangkut’ di kepala, dengan izin Allah. Enam tahun (+1) saya mondok dengan bahasa Arab sehari-hari (untuk praktek kehidupan sehari-hari) ditambah juga masuk kelas MAK yang pelajarannya Arab semua. Bahkan mufrodat di beberapa pelajaran (seperti tafsir dan ilmu tafsir, fiqh - ushul fiqh) juga dari Arab ke Arab (nah loh). Tapi praktek kesehariannya yang agak kurang, karna masih bercampur bahasa Indonesia (Ane tuh uriid ila mathbakh tapi rada kaslan, gtu-gtu lah yaa haha). Setelah 6 tahun (+1) bahasa Arab saya qodarullah ‘pas-pasan’.



Mudrodat dari Arab ke Arab



Berbeda kasus dengan bahasa Inggris. Saya ceritakan ini untuk diambil ibrohnya, bukan untuk pamer atau apa. Bi-idznillah saya dapat kesempatan exchange student (selama setahun pas kelas 12) ke US. Awalnya bahasa Inggris saya less than zero. Beneran jueleeek banget. Pronounce acak-acakan, grammar berantakan, vocab pas-pasan. Tapi setelah satu tahun, bi idznillah bisa lancar ngomong as if I was -almost- a native. Ngga bercanda.


Ya gimana, setahun itu ‘terdampar’ sendirian diantara para natives. Jadi keadaannya antara bisa berenang atau tenggelam. Maksain diri ngomong English atau kelaparan (literally, waktu itu kelaperan tapi ga bisa ngomongnya). No bahasa sama sekali. Sampai di titik pas balik ke indo mau ngomong ‘permisi’ aja lupa. (Semua pengalaman saya tulis di blog khusus saat itu, tapi sekarang di privat karna banyak sekali foto diri yang masih ugal-ugalan, alias tidak patut dicontoh sis hehe)


...


Coba bayangkan, hal yang sama dilakukan tapi untuk bahasa Arab.


Masyaallah. Mungkin sholat rasanya akan lebih nikmat. Mungkin baca Qur’an akan terasa lebih syahdu. Mungkin ngga perlu nyalain subtitel kalo denger ceramah syekh-syekh berbahasa Arab.


That what inspired me tho. Dari hal-hal kecil kayak nempel vocab di rak buku. Kalo tiap hari diliat, dibaca, insyaallah akan familiar. Setidaknya anak akan terbiasa membaca mufrodat. Itung-itung latihan melancarkan baca lah ya. Bismillah.


Sedangkan pembuatan kartu ini sendiri dibantu sama adik saya sendiri yang masih kuliah di Kairo. Baarokallah fiihaa. Semoga Allah mudahkan segala urusannya. Insyaallah jauh lebih baik bahasa Arabnya daripada saya, huhu. Tapi kalo ada yang salah, feel free to dm me :) (or dm her)


*Jasus= mata-mata. Biasanya yang kena hukuman dari bagian bahasa terus disuruh cari pelanggar lain secara diam-diam (dicatet kata-kata yang diucapkan, dimana, dan kapannya). Seorang pelanggar bisa jadi jasus untuk 2-5 orang tergantung berat pelanggaran nya


Download Kartu Mufrodat di sini.




No comments:

Post a Comment