Tuesday, March 17, 2020

Cerita Kehamilan #1 - Blighted Ovum

Bismillahirrohmanirrohiim.

Ada sedikit penyesalan, kenapa sekitar 10 tahun yg lalu saya berhenti nulis jurnal harian? Padahal kita gak tau kapan memori di masa lampau begitu penting untuk diingat saat ini.

Seperti cerita kehamilan pertama saya. 

Sekitar 2 bulan setelah menikah, alhamdulillah Allah percayakan kehamilan datang tanpa menunggu lama. Saat itu usia saya masih 23 thn. Masih aktif kuliah. And when I say 'active', i mean like non-stop activities.

Saat itu saya ikut klub bahasa inggris, rohis (yang walaupun sering bolong-bolong) dan juga sering diajak 'ngemsi'.

Oiya, jadi inget history pertamakali ngemsi. Fyi, saya ini jurusan desain grafis loh ya, bukan anak fikom, hehe. Jadi nggak nyambung banget anak DG malah rajin banget jadi MC.

Awalnya karna saya ikut english club, dan para senior saat itu familiar dengan kemampuan bahasa inggris saya secara verbal -saat itu yaa, masih fresh lulusan YES- dan disuruhlah saya sama salah satu senior untuk ikut tes/audisi MC untuk acara kampus level nasional yg butuh MC bahasa inggris. Saat itu saingan saya semuanya senior (i was freshmen!!) dan 'kerasa' banget vibe nya yang kaya 'ini anak baru ngapain disini?' hehe.

Dan saya masih inget, bu P ngasih kertas dalam bahasa Indonesia yang bunyinya: "Untuk para peserta seminar dimohon untuk memasuki ruangan karena acara hampir dimulai." Dan kami diharuskan menerjemahkan on the spot dengan gaya MC.

Saya giliran terakhir.

Setelah saya mendengar semuanya menggunakan kata 'almost start' untuk kata 'hampir', saya malah pakai kata 'about to begin'. And alhamdulillah i was chosen! Sesimple itu. Sudah rejekinya ya.

And after that, saya didapuk jadi MC langganan buat bahasa inggris. Biasanya acara MOU, atau acara penyambutan tamu LN, dll. 

Eh tapi selanjutnya malah keterusan jadi MC bahasa Indonesia juga. MasyaAllah. Saking seringnya dapet job MC, banyak dosen yg ngira saya anak fikom. Hehe. 

Aaaaaanyway. Kok jadi jauh banget bahasannya ya?? Haha, maapkan saya keasikan nostalgia!

Intinya, saya saat itu aktif sekali di kampus. Dan saya baru tau hamil setelah usia kehamilan saya sudah hampir 2 bulan.

Jadi saya saat itu masih tetap aktif kuliah dengan segala keriweuhannya. Naik turun tangga, naik angkot, gendong laptop dan printilan desain grafis lainnya, magang di daerah kemang (kuliah di meruya, ngangkot pula, perjalanan aja kurleb 2 jam!) tanpa sadar kalo lagi hamil muda.

Dan memang sudah qodarullah, setelah kehamilan usia 9 minggu dan USG, saya didiagnosa blighted ovum.

Janinnya terlihat, tapi 'terlalu dibawah' kalo kata dokternya. 

Jadi biasanya janinnya terlihat 'ngambang' ketika usg. Tapi punya saya hampir nempel di dasar gitu. (Maaf kalo bahasa saya rancu sekali ya)

Disuruhlah saya untuk datang USG lagi setelah 2 minggu. 

Ketika waktunya tiba, saya USG dan janin tidak berkembang. Panjangnya tetap sama seperti 2 minggu sebelumnya dan tidak ada detak jantung. 

Lemas saya rasanya.

Qodarullah, wa ma syaa a, fa'ala.

Setelah hampir didiagnosa 'sulit hamil' sama dokter sebelah, saya dikasih 'hadiah' blighted ovum. Saya pun disuruh kuret.

Saya takut. Bukan karna takut dikuret, toh dokternya bilang akan bius total jadi gak kerasa apapun. Saya lebih takut, kalau-kalau alatnya tidak akurat/dokternya lalai, atau mungkin memang belum terdeteksi detak jantung, atau lain sebagainya sehingga praktek kuret malah jadi seperti aborsi! Saya takut kalau janinnya sebenarnya 'ada' dan masih punya kesempatan.

Akhirnya dokter pun bilang sebenarnya ngga mau kuret pun no problem. Kelak tubuh akan mulai 'sadar' bahwa janin tidak berkembang dan akan otomatis mengeluarkan 'benda asing' dalam rahim, dengan pendarahan. Tapi, sensitifitas tiap-tiap tubuh wanita beda-beda. Ada yg begitu BO langsung luruh, ada juga yg seperti saya ini. Sampai 3 minggu setelah BO baru keluar flek.

Ya, jadi saya tunggu sampai flek. Alias keluar sendiri, baru saya 'lapor' ke dokter.

Dan barulah dilakukan prosedur kuret.

Kenapa harus banget kuret gitu kayaknya?

Karna sekalian 'membersihkan' rahim. Secara saya ada endometriosis, jadi dua keuntungan. Selain mengeluarkan sisa jaringan, juga membersihkan rahim tadi, jadi memudahkan proses pembuahan nantinya.

Sedih? Oh, jangan ditanya! 

Saya sampai hampir mengurung diri. Apalagi ada omongan orang yg subhanallah macam: "itu si fulanah nikahnya duluan kamu, tapi dia udah lahiran, lah kamu malah digagalin?" (((DIGAGALIN)))

Tapi semua sudah takdir, dan tugas kita manusia adalah menerimanya.

Pengalaman di kuret:
Rasanya seperti apa jujur saya sudah agak lupa. Masuk ruang operasi saya sudah diinfus, dan dimasukkan cairan anestesi ke dalam infus lalu saya disuruh untuk hirup anestesi juga. Dua tarikan nafas saya lamgsung hilang kesadaran. Dua jam kemudian (proses kuret kurleb 30 menit) kaki saya terasa amat sangat dingin. Nggak lama setelah itu saya menggigil. Barulah saya sadar seutuhnya. Dan perut agak terasa mules (seperti kram haid), dan -DISCLAIMER, sensitive content- terdapat perban di dalam vagina yang harus dikeluarkan ketika bak yang mana setelah ditarik subhanallah panjangnya dan darahnya, banyak sekali!!


No comments:

Post a Comment

Ujian (sekolah)

  Link download ada di bawah Salah satu mapel yang memang agak runyam -buat anak kelas 1 SD, dan terkhusus Azkiya- adalah PAM (Pendidikan An...