Saturday, May 16, 2020

Cerita Kehamilan #2: Part 2

Saat itu hari jumat, dan seisi rumah Mamah di Kebon Jeruk sedang keluar. Laki-laki di masjid, sholat Jumat. Mama lagi ke DN jenguk Hasnah (adik bontot waktu itu masih mondok). Jadilah aku sendiri di rumah.

Tiba-tiba aku flek. Aku nggak kaget sebenarnya. Semenjak kamis siang aku udah mulai merasakan kontraksi ringan walau interval nya masih acak-acakan. Dan aku ingat betul, obgyn ku bilang, if none of these happens, then there's nothing to worry about: pendarahan dan/atau ketuban pecah.

Jadilah aku b aja. Paling pas kontraksi kerasa aku cuma catet waktunya aja. Karna kalo udh rutin per 10 menit sekali, berarti 'beneran' mau lahiran. Tapi kalo masih jarang dan gak nentu, berarti kontraksi palsu.

Tapi jumat siang itu aku flek! Panik. Aku telpon mama yg baru banget sampe DN, dan nyuruh aku langsung ke RS MPH secepatnya sambil bawa surat rujukan dari obgyn. Mau telpon paksu, beliau lg sholat jumat kan..

Akhirnya aku ke MPH, ke IGD nya. Diterima dokter yang mukanya bingung krn liat aku yang rada nyantai dan masih 'rapi' bilang mau lahiran :D 

Dibawalah aku ke lantai 4, tempatnya bersalin. Diperiksa dari detak jantung bayi dan pembukaan sama susternya, dan baru pembukaan 2. Masih lama.

Aku disuruh nunggu. Jalan-jalan seisi rumah sakit. Saat itu mamaku udh sampai di RS dan nemenin juga. Aku yang udah mulai santai malah sempat bercanda, "nggak gtu sakit kok mah, mungkin karna dian terbiasa endometriosis kali ya." mama senyum aja.

Heyy sombongnya dirimu wahai Diannn!!

Itu karna baru pembukaan awal. Kontraksi masih malu-malu kucing.

Bahkan suster-suster pun bilang kalo aku masih terlalu 'cantik' untuk melahirkan. Ini serius.

Bukan ngomongin definisi cantik yang ga ada habisnya. Tapi cantik yang artinya: kerudung masih rapi, sandal, baju, dan celana masih terpasang sempurna dan paripurna.

And I mean it.

Malamnya, tepatnya dini hari. Pembukaannya meningkat. Kontraksi tak tertahankan. Aku guling-guling di lantai, posisi duduk, jongkok, sampai sujud pun nggak ada yang buat ku nyaman. Sakitnya ternyata luar biasa. Akhirnya aku paham arti senyuman mama dan para suster yang bilang saya masih 'cantik'.

Tiap 10 menit sekali gelombang kontraksi menyerang. Dan bayangkan, 10 menit sekali dari dini hari sampai jam setengah delapan pagi.

Sudah dihitung? Iya. Sebanyak itu aku guling-gulingan nangis-nangis kesakitan.

Dari istighfar, baca-baca ayat kursi, kalimat tauhid, dzikir segala macem saya sebut. Mata saya awas. Takut-takut ada 'sosok' tak dikenal menghampiri. Kalau-kalau di tengah rasa sakit ini nyawaku dicabut, aku masih bisa 'Laa ilaaha illa Allah'! Yep. Segitu nyerah nya aku sama rasa sakitnya.

Tapi karena pembukaan belum lengkap, semules apapun yang aku rasa, tetap dilarang ngeden. Nyiksa banget yah?

Juga dikarenakan dokternya ngga ada.

Jadi dokter langgananku qodarullah lagi cuti. Diganti dokter jaga (obgyn juga) yg qodarullah berhalangan juga. Jadinya dokter yg menanganiku itu dokter ganti penjaga. Dokter 'cadangan' ke-2. Subhanallah.

Jam 7.30 hari Sabtu, dokter masuk ruangan, lihat pembukaan langung ngomong: yak bu, langsung ngeden aja!

Cekris, aku 'digunting'! Dan setelah ngeden 2 kali, Azkiya lahir. Laa quwwara illa billah.

Semua rasa sakit seketika hilang! Waot ngga semua sih, mostly rasa mulesnya hilang total.

Ketika bayi dikeluarkan langsung ditaroh di dada untu IMD. Dan saat aku ter distract dengan ketakjuban bayi mungil di dadaku, saat itu juga dokter menjahit bagian yang digunting tadi.

Curang ya.

Menurutku itu bagian paling sakitnya. Dijahit. Dah gtu aja. Titik.

Setelah dijahit, bayipun diangkat lagi. Dibersihkan kemudian masuk ruang observasi. Aku pun dibersihkan. Nggaknlama datang suster bawa kursi roda untuk pindahin aku ke ruang perawatan.

Aku langsung turun dari kasur bersalin dan jalan ngelewatin susternya. "Saya jalan aja sus! Deket ini kok!"

MasyaAllah, kalo inget itu epic banget, hehe. Belom ada setengah jam abis lahiran, abis dijait, dan ngga ada satu jarum infus pun yang nyantol ke badan, aku melenggang aja jalan biasa ke ruang perawatan kaya ngga ada apa-apa.

Suster yang bawa kursi roda sampe heran.

Ingat janji Allah setelah kesulitan ada kemudahan? 

Iya, Allah menguji ku (dan tiap-tiap ibu lainnya) dengan sakit yang luar biasa ketika melahirkan. Tapi setelahnya?

Habis lahiran alhamdulillah aku nyaris langsung pulih, secara fisik. Asi lancar alhamdulillah. Ibu dan bayi sehat, lusa kemudian aku pulang.

MasyaAllah tabarokallah.


Ujian (sekolah)

  Link download ada di bawah Salah satu mapel yang memang agak runyam -buat anak kelas 1 SD, dan terkhusus Azkiya- adalah PAM (Pendidikan An...